Langsung ke konten utama

Blended Learning dalam Pembelajaran di Sekolah




Menurut  Herman Sujono (2012: 15)  banyak aktivitas guru dalam mengoptimalkan aktivitas pengajarannya yang bisa difasilitasi oleh ICT mulai dari administrasi, komunikasi, pengembangan sumber belajar, perancangan skenario pembelajaran, penyampaian bahan ajar, evaluasi, aktivitas dalam dan luar kelas, belajar mandiri, hingga pengembangan profesi guru. 

Guru dan siswa dapat memanfaatkan TIK secara optimal untuk mendukung pembelajaran, maka tiga kondisi harus dipenuhi, yakni: 1) guru dan siswa harus mempunyai akses yang mudah ke perangkat teknologi termasuk koneksi Internet, 2) tersedianya konten digital (bahan ajar) yang mudah dipahami guru dan siswa, 3) guru harus punya pengetahuan dan ketrampilan menggunakan teknologi dan sumber daya guna membantu siswa mencapai standar akademik.

Puncak perkembangan teknologi informasi komunikasi (information and communication  technology/ICT) dalam dunia pendidikan adalah pemanfaatan internet untuk pembelajaran. Rosenberg dalam Suyanto (2012: 202) menyatakan bahwa dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: 1) dari pelatihan ke penampilan, 2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, 3) dari kertas ke “on line” atau saluran, 4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, 5) dari waktu siklus ke waktu nyata.  Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan : telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Guru dapat melakukan pembelajaran menggunakan internet/e-learning.
Perangkat TIK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Peran guru menjadi sangat penting sebagai sutradara dalam proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas ketika menggunakan TIK. Selain terampil dalam penggunaan TIK itu sendiri guru juga dituntut mampu mendisain metode pengajaran yang inovatif yang berpusat pada siswa. Pemanfaatan internet dalam pembelajaran sains diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena pemanfaatan media TIK ini mampu meningkatkan rasa ingin tahu dan pembelajaran terasa lebih menyenangkan. Siswa dapat menambah materi pelajaran yang lengkap dengan cara melakukan browsing di internet. Siswa dapat berkomunikasi dengan teman atau guru dalam berbagi pengetahuan. Guru dapat memberikan tugas atau PR dan siswa dapat mengumpulkan tugasnya melalui e-mail, tanpa harus bertemu langsung.

Blended learning merupakan merupakan inovasi pemanfaatan teknologi komputer dan informatika dalam dunia pendidikan. Blended learning merupakan istilah umum bagi kombinasi pemanfaatan teknologi komputer dan informasi  dalam pembelajaran tatap muka (face to face teaching learning).  Bentuknya dapat beragam mulai dari penggunaan komputer dalam menunjang  pembelajaran sampai dengan  komplemen pembelajaran tatap muka dengan E-learning.  Pemanfaatan blended learning dalam pembelajaran tentu saja perlu memperhatikan sumber daya alat dan sumber daya manusia yang tersedia. 

Beberapa keuntungan pemanfaatan blended learning dalam pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: 1) siswa leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara on-line, 2) siswa dapat melakukan diskusi dengan guru atau siswa lain diluar jam tatap muka, 3) kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa di luar jam tatap muka dapat diadministrasikan dan dikontrol dengan baik oleh guru, 4) guru dapat menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet, 5) guru dapat meminta siswa membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum pembelajaran, 6) guru dapat menyelenggarakan kuis, memberikan balikan, dan memanfaatkan hasil tes dengan efektif, 7) siswa dapat saling berbagi file dengan siswa lain, dan masih banyak keuntungan lain dengan memanfaatkan kelebihan pembelajaran berbasis internet.

Wasis menyatakan bahwa tidak ada metode pembelajaran tunggal yang ideal untuk semua jenis pembelajaran/pelatihan, karena setiap teknologi memiliki keunggulan masing-masing. Teknologi cetak memiliki keunggulan yang sangat fleksibel sebagai sumber belajar, dapat dibawa ke mana-mana tanpa menggunakan listrik. Sedangkan komputer mempunyai keunggulan pembelajaran yang lebih interaktif dapat berupa teks, gambar, film, animasi dan dapat dikonversi dalam berbagai bentuk digital, tetapi mobilitasnya terbatas karena bergantung kepada catu daya listrik. Pada kasus tertentu pembelajaran melalui audio lebih efektif dibandingkan dengan video. Jadi masing-masing teknologi mempunyai keunggulan untuk tujuan belajar tertentu dan untuk karakteristik bidang tertentu. 

Demikian juga metode pembelajaran untuk siswa di Sekolah Dasar dapat efektif, tetapi tidak untuk mahasiswa pascasarjana, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang berbeda untuk karakteristik pebelajar yang berbeda. Untuk memenuhi semua kebutuhan belajar dengan berbagai karakteristik orang yang belajar maka pendekatan melalui blended learning adalah yang paling tepat. Dengan blended leaning memungkinkan pembelajaran menjadi lebih profesional untuk menangani kebutuhan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi. Keuntungan yang diperoleh dengan manfaat pembelajaran berbasis blended bagi lembaga pendidikan diantaranya memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan, kemudahan implementasi, efisiensi biaya, hasil yang optimal, menyesuaikan berbagai kebutuhan pebelajar, dan meningkatkan daya tarik pembelajaran.

Peran guru dalam pembelajaran berbasis blended learning sangat penting dalam mengelola pembelajaran. Di samping memiliki keterampilan mengajar dalam menyampaikan isi pembelajaran tatap muka, guru juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan sumber belajar berbasis komputer (Microsoft Word dan Microsoft PowerPoint) dan keterampilan untuk mengakses internet. Selanjutnya dapat menggabungkan dua atau lebih metode pembelajaran tersebut. 

Seorang pengajar dapat memulai pembelajaran dengan tatap muka terstruktur kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran berbasis komputer offline dan pembelajaran secara online. Kombinasi pembelajaran juga dapat diterapkan pada integrasi e-learning (online), menggunakan komputer di kelas, dan pembelajaran tatap muka di kelas. Bimbingan belajar perlu diberikan kepada siswa sejak awal, agar para siswa memiliki keterampilan belajar kombinasi sejak awal. Oleh karena itu perlu dilakukan pembelajaran yang efisien dalam pemanfaatan sumber daya yang ada untuk terlaksananya pembelajaran berbasis TIK.

Selanjutnya dalam Suyanto (2012: 212) dinyatakan bahwa penggunaan TIK dalam pendidikan didiskripsikan sebagaiberikut: 1) TIK dapat sebagai objek pemebelajaran yang kebanyakan terorganisir dalam berbagai maple khusus untuk mendapatkan literasi dalam bidang TIK, 2) TIK sebagai alat bantu pelajaran yang digunakan untuk mengumpulkan data, membuat tugas dan melaksanakan penelitian, 3) TIK sebagai medium proses pembelajaran dimana guru dapat mengajar dan siswa dapat belajar. Kemajuan TIK saat ini sangat dekat dengan keberadaan siswa dalam kehidupan sehari-hari, maka seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kemajuan belajar. Selain memberikan manfaat kemajuan TIK ini juga dapat menimbulkan dampak negative. Oleh karena itu peran guru sebagai fasilitator dan motivator harus dapat menunjukkan manfaat TIK yang dapat mendukung belajar untuk mencapai prestasi yang optimal.


Sumber:

Herman Dwi Surjono. (2012). Implementasi ICT dalam pembelajaran IPA (Proceeding Seminar). Yogyakarta: PPS UNY

Mel Silberman. (2005). Active learning: 101 strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

Sardiman AM. (2010). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Sumiati, Asra. (2007). Metode pembelajaran.  Bandung: CV. Wacana Prima

Suyanto, Asep.(2012). Bagaimana menjadi calon guru dan guru professional, Yogyakarta: Multi Pressindo

Wasis dalam http://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning   
 

Komentar

advertisement

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kurikulum Indonesia tahun 1952

ZonaSainsKita~ Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran.Karena itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai  Rencana Pelajaran Terurai 1952 . Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sudah digunakan pada masa tersebut. Lahirnya kurikulum 1952 tidak terlepas dari sejarah kelahiran Kurikulum 1947.Bahkan dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1947.Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai landasan operasionalnya.Hal ini terjadi sampai tahun 1949.Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-un

Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt

1.         Max Wertheimer (1880-1943) Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjad

Jenis-jenis Penelitian Pengembangan (Development Research)

Jenis-jenis penelitian yang utama pada penelitian pengembangan (Akker,1999): 1.      Penelitian formatif. Aktivitas penelitian ketika melakukan keseluruhanproses pengembangan suatu intervensi yang spesifik mulai daripenyelidikan belajar melalui evaluasi belajar (summatif dan formatif),mengoptimalisasi mutu intervensi pada pengujian prinsip-prinsiprancangan. 2.      Studi rekonstruksi. Analisis penelitian yang menyelenggarakan prosespengembangan beberapa intervensi, berfokus pada artikulasi danspesifikasi prinsip-prinsip rancangan. Komponen Utama Penelitian Pengembangan (DR) Menurut Tim Puslitjaknov (2008), metode penelitian pengembangan memuat 3  komponen utama yaitu: (1) Model pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk. Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut: Model Penelitian Pengembangan Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptua