Langsung ke konten utama

Peran LPTK dalam Mempersiapkan Calon Guru SD yang berkompeten

Tujuan dari dirombaknya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 ini sebenarnya cukup baik yaitu untuk membangkitkan kemampuan nalar dan kreativitas anak didik secara merata. Pasalnya, selama ini kurikulum yang mampu memacu hal tersebut hanya dapat diperoleh di sekolah-sekolah tertentu saja.
 
Peran LPTK sangat penting bagi penyiapan calon guru SD yang berkompeten dalam menyongsong kurikulum 2013. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Karnadi dalam harian Kompas.com tanggal 9 April 2013 yang mengatakan bahwa tidak ada maksud buruk dari perubahan kurikulum ini. Namun, ada hal yang perlu dipertimbangkan dengan baik agar maksud baik tersebut dapat tercapai yaitu masalah guru.
 
Calon guru SD perlu dibekali dengan wawasan dan pengalaman tentang cara membimbing anak secara mandiri. Cara membimbing siswa SD secara mandiri ini, dilakukan dengan memberikan pengetahuan secara teoritis kepada mahasiswa PGSD tentang standar kemandirian yang harus dikuasai baik akademis maupun non akademis. Selain bekal pemahaman secara teoritis juga memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa PGSD melalui praktik lapangan sejak semester awal (semester 2) tentang cara memahami siswa SD dan memberikan bimbingan kepada siswa SD menuju standar kemandirian anak SD. Harapannya dengan pengetahuan dan implementasi di lapangan sejak awal semester ini memberikan bekal kepada mahasiswa PGSD dalam menguasai kompetensi pendidik secara utuh yaitu pedagogik, akademik, pribadi dan sosial. Dengan dikuasainya kompetensi secara utuh ini harapannya calon guru dapat membimbing siswa menjadi sosok yang cerdas dan mandiri.
 
Kualitas pendidikan sangat tergantung pada dikuasainya empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.Adapun penjelasannya sebagai berikut:
 I.    Kompetensi Pedagodik
1    Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2    Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3    Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
4    Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5    Memanfaatkan teknologi in-formasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
6    Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7    Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8    Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9    Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10    Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.


II.    Kompetensi Kepribadian
1    Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
2    Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi pe-serta didik dan masyarakat.
3    Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
4    Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5    Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

III.    Kompetensi Sosial
1    Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskri-minatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2    Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3    Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4    Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

IV.    Kompetensi Profesional
1    Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2    Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
Selain itu LPTK hendaknya menekankan pada model guru yang berkarakter pada para mahasiswa PGSD. Adapun model guru berkarakter menurut Furqon (2010) memiliki ciri sabagai berikut:
a.    Komitmen: memiliki ketajaman visi, sense of belonging, dan sense of responsibility.
b.    Kompeten: senantiasa mengembangkan diri, ahli di bidangnya, menjiwai profesinya, memiliki kompetensi pendidik
c.    Kerjakeras: bekerja dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh, extra ordinary process, produktif.
d.    Konsinten: memiliki prinsip, tekun dan rajin, ulet dan sabar, serta fokus
e.    Kesederhanaan: bersahaja, tidak mewah, tidak berlebihan, tepat guna
f.    Kedekatan: perhatian pada siswa, learning center, terjalin hubungan emosional yang harmonis
g.    Pelayanan maksimal: cepat, tanggap, pelayanan cepat, dan proaktif
h.    Cerdas: cerdas intelektual, emosi dan spiritual

Dengan demikian LPTK hendaknya memberikan bekal pemahaman secara teoritis juga memberikan pengalaman langsung/ simulasi kepada mahasiswa PGSD melalui praktik lapangan sejak semester awal (semester 2) tentang cara memahami siswa SD dan memberikan bimbingan kepada siswa SD menuju standar kemandirian anak SD. Harapannya dengan pengetahuan dan implementasi di lapangan sejak awal semester ini memberikan bekal kepada mahasiswa PGSD dalam menguasai kompetensi pendidik secara utuh yaitu pedagogik, akademik, pribadi dan sosial. Dengan dikuasainya kompetensi secara utuh ini harapannya calon guru dapat membimbing siswa menjadi sosok yang cerdas dan mandiri.

Komentar

advertisement

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kurikulum Indonesia tahun 1952

ZonaSainsKita~ Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran.Karena itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai  Rencana Pelajaran Terurai 1952 . Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sudah digunakan pada masa tersebut. Lahirnya kurikulum 1952 tidak terlepas dari sejarah kelahiran Kurikulum 1947.Bahkan dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1947.Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai landasan operasionalnya.Hal ini terjadi sampai tahun 1949.Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-un

Sejarah Kurikulum Indonesia: Rencana Pendidikan 1964

Landasan pengembangan Kurikulum 1964 Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968/ 19 69. Struktur dan materi kurikulum pada periode tersebut di SD dan SMP tidak banyak mengalami perubahan kecuali pada kurikulum mata pelajaran Kewarganegaraan dan Sejarah yang diperbaharui karena perubahan politik, seperti masuknya Manipol Usdek dalam kurikulum 1964. Sebagai bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan dan diubahnya materi Pendidikan Kewarganegaraan pada er a Orde Baru ( Kurikulum 1968 ) menjadi Pendidikan Moral Pancasila. Pada kurikulum 1968/1969 di tingkat SMA terjadi perubahan penjurusan dan struktur kurikulum antara tahun 1950, 1964 dan 1968/1968 . Pada sekitar tahun 1963, terjadi revolusi di segala bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusunlah Rencana Pendidikan yang dimaksudkan dalam rangka pembinaan bangsa. Latar belakang dan dasar pemikiran penyusunan Rencana Pendidikan ini adalah agar bangsa yang

Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt

1.         Max Wertheimer (1880-1943) Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjad