Langsung ke konten utama

Kurikulum 2013 untuk Masa Depan Indonesia

Berikut ini adalah abstrak atau kutipan dari jurnal ilmiah (english) berbayar/ tesis/skripsi/artikel yang dapat Anda miliki secara utuh (full paper) dengan menghubungi admin ~~

oleh:
Didik Suhardi, Ph.D

sumber: republika online




Memasuki abad ke-21, telah terjadi pergeseran paradigma belajar. Peserta didik tidak lagi hanya sekadar tahu, namun lebih dari itu. Penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa), yang dikemas dalam konsep pembelajaran yang terintegrasi untuk membentuk generasi penerus yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.
Oleh karena itu, kita harus menyelenggarakan pendidikan yang antisipatoris dan prepatoris. Artinya, pendidikan visioner guna mempersiapkan generasi muda untuk menatap masa depan dengan pemaknaan terhadap kehidupan yang dinamis secara positif yang juga dikaitkan dengan upaya pengembangan kualitas dan kemandirian manusia Indonesia yang mampu dan proaktif menjawab tantangan dalam dunia yang kompleks (Mochtar Buchori, 2001).
Apabila pergeseran paradigma tersebut diabaikan, yaitu menggeser pola berpikir deterministik, kompartemental, dan fragmentaris, maka pendidikan tidak akan mencapai kemajuan dan akan menemui kegagalan untuk mewujudkan perannya dalam mempersiapkan sumber daya manusia. Pendidikan di masa depan harus beradaptasi dengan memakai paradigma yang dipandang sesuai dengan tuntutan perkembangan global (Mohamad Surya, 2004: 89). Itulah tema Kurikulum 2013, yakni berupaya tanggap dan responsif terhadap pergeseran paradigma belajar abad ke-21.
Menurut Zsebik (2010), paradigma pendidikan abad ke-21 setidaknya harus berfokus pada penciptaan pola pikir baru dengan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk mengembangkan pemikiran intelektual yang transformatif. Bessette (dalam Rao, 2010: 85) menambahkan, paradigma baru ini mendorong kebutuhan pendidikan dan kondisi yang memungkinkan untuk memberikan akses terhadap pengetahuan, pelatihan tenaga kerja, dan sekolah yang berkualitas sebagai pilihan media pembelajaran.
Kurikulum 2013 mengakomodasi akses informasi yang tersedia di mana saja dan dapat diakses kapan saja sehingga pembelajaran harus diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu (observasi) dari berbagai sumber, bukan sekadar lagi diberi tahu. Pembelajaran juga diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab). Apalagi di era digital atau komputasi seperti sekarang ini telah tersedia berbagai perangkat modern yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Pendidikan abad ke-21 juga mencakup unsur otomasi, yakni menjangkau segala pekerjaan rutin di mana pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analisa dalam mengambil keputusan. Selama ini, peserta didik masih terbiasa dengan pola pikir yang bersifat mekanistis atau rutinitas semata, dan dengan Kurikulum 2013 diharapkan pola pikir seperti itu dapat diubah demi kualitas bangsa yang lebih baik di masa depan.
Selain itu, kemudahan dalam berkomunikasi yang dapat dijangkau dari mana saja dan ke mana saja juga menjadi perhatian dalam pengembangan Kurikulum 2013. Dalam konteks ini. pembelajaran akan ditekankan pada pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah (www.kemdikbud.go.id).
Pengembangan kurikulum 2013 ditujukan untuk menjawab sejumlah persoalan yang masih menjadi kendala pada kurikulum sebelumnya. Peserta didik diarahkan untuk mampu melakukan observasi dengan lebih baik, serta mampu bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan atau mempresentasikan mengenai apa yang telah diperoleh atau diketahui setelah menerima materi pembelajaran.
Pendidikan adalah salah satu unsur terpenting yang diyakini mampu mengubah wajah Indonesia (Haryo Damardono, Kompas, 12 Desember 2008). Maka dari itu, Kurikulum 2013 akan banyak berisi materi yang bisa mendorong anak-anak Indonesia untuk lebih baik dalam bersikap, lebih kreatif, dan tentunya lebih membuka pengetahuan (Dianing Sari, www.tempo.co). Ini semua dilakukan sebagai pijakan awal untuk menyongsong tantangan hari depan di tengah persaingan global yang akan semakin ketat dan demi menyukseskan tercapainya Visi Indonesia 2030.
Langkah Besar Menuju Visi Indonesia 2030
Cita-cita Indonesia ke depan adalah menjadi salah satu dari 7 (tujuh) negara terbesar di dunia pada tahun 2030. Target ini dicanangkan setelah dilakukan penghitungan matang mengenai kondisi dan situasi Indonesia di tahun 2030 mendatang. Disebutkan, pada saat itu, perekonomian Indonesia akan menjadi kekuatan nomor 5 (lima) di dunia setelah Cina, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Selain itu, produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mencapai 5,1 triliun dolar Amerika dengan pendapatan perkapita sebesar 18.000 dolar Amerika per tahun.
Tentu saja bukan perkara yang mudah untuk mewujudkan mimpi besar yang terbingkai dalam Visi Indonesia 2030 itu. Indonesia harus memiliki visi bersama yang menjadi kiblat bersama setiap komponen bangsa, termasuk di sektor pendidikan. Upaya untuk memastikan setiap komponen bangsa mencapai tujuannya sendiri, tapi pada saat yang sama sekaligus berjalan beriringan dengan kepentingan bersama yang lebih besar (Charlo Mamora, dalam Paulus Bambang Wirawan, 2009: xxiii).
Tidak dapat dipungkiri bahwa Visi Indonesia 2030 terkesan sebagai impian yang ambisius. Namun, peluang untuk mencapai ke arah itu dapat diwujudkan apabila Indonesia mampu berubah, berbenah, dan tidak lagi terkekang oleh masa lalu yang melenakan.
Kata kuncinya adalah pendidikan, khususnya kemauan dan kemampuan semua komponen bangsa untuk membangun pendidikan dasar dan pendidikan tinggi yang berkualitas dan bervisi ke depan. Kesimpulannya, pendidikan merupakan pilar utama untuk mewujudkan Visi Indonesia 2030 (Jhon Tafbu Ritonga, Waspada, 4 Agustus 2007). Dengan kata lain, pendidikan adalah investasi peradaban.
Pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dan seluruh elemen bangsa harus bahu-membahu untuk mempersiapkan sumber daya manusia bermutu, terutama melalui pendidikan dan pelatihan selama 15 tahun pertama. Visi Indonesia 2030 akan menjadi kenyataan apabila semua pihak berkomitmen untuk memperhatikan dan memberikan prioritas tinggi terhadap sektor pendidikan nasional. Oleh karena itu, Kurikulum 2013 dirancang dan ditujukan sebagai pijakan awal untuk memulai langkah besar menuju Visi Indonesia 2030.
 

Komentar

advertisement

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kurikulum Indonesia tahun 1952

ZonaSainsKita~ Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran.Karena itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai  Rencana Pelajaran Terurai 1952 . Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sudah digunakan pada masa tersebut. Lahirnya kurikulum 1952 tidak terlepas dari sejarah kelahiran Kurikulum 1947.Bahkan dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1947.Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai landasan operasionalnya.Hal ini terjadi sampai tahun 1949.Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-un

Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt

1.         Max Wertheimer (1880-1943) Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjad

Jenis-jenis Penelitian Pengembangan (Development Research)

Jenis-jenis penelitian yang utama pada penelitian pengembangan (Akker,1999): 1.      Penelitian formatif. Aktivitas penelitian ketika melakukan keseluruhanproses pengembangan suatu intervensi yang spesifik mulai daripenyelidikan belajar melalui evaluasi belajar (summatif dan formatif),mengoptimalisasi mutu intervensi pada pengujian prinsip-prinsiprancangan. 2.      Studi rekonstruksi. Analisis penelitian yang menyelenggarakan prosespengembangan beberapa intervensi, berfokus pada artikulasi danspesifikasi prinsip-prinsip rancangan. Komponen Utama Penelitian Pengembangan (DR) Menurut Tim Puslitjaknov (2008), metode penelitian pengembangan memuat 3  komponen utama yaitu: (1) Model pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk. Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut: Model Penelitian Pengembangan Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptua