Langsung ke konten utama

Definisi Integrated Assessment

keterampilan proses sains


Kata integrated dapat diartikan ke dalam bahasa Indonesia  yaitu integrasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integrasi artinya pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Assessment atau penilaian merupakan proses pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Jadi, integrated assessment dapat  diartikan sebagai suatu proses pengumpulan informasi yang menggabungkan dua hal yang berbeda untuk dinilai secara bersamaan.

Menurut Reni et al. (2013), integrated assessment merupakan sebuah penilaian terintegrasi yang mengintegrasikan dua bentuk penilaian, misalnya penilaian keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir analitis. Integrated assessment ini, setiap soal memiliki dua indikator yaitu indikator keterampilan proses sains dan indikator kemampuan berpikir analitis.

Jadi, yang dimaksud dengan integrated assessment untuk mengukur keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir analitis pada materi fisika SMA adalah sebuah sebuah instrumen penilaian berupa soal pilihan ganda yang di dalamnya terintegrasi penilaian kemampuan berpikir anaitis serta keterampilan proses sains. Dalam integrated assessment ini, setiap soal terdiri dari dua indikator yaitu indikator kemampuan berpikir analitis dan indikator keterampilan proses sains.

Keterampilan Proses Sains
Menurut Rustaman (2003: 93), keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar. Melalui pengalaman langsung, seseorang dapat labih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan.
Menurut Moedjiono (1992 : 14), keterampilan proses sains (KPS) dapat diartikan sebagai wawasan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sains dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Kemudian ditekankan lagi menurut  Indrawati (2000 : 3) yang mengemukakan bahwa keterampilan  proses  merupakan  keseluruhan  keterampilan  ilmiah  yang  terarah (baik  kognitif  maupun  psikomotor)  yang  dapat  digunakan  untuk  menemukan suatu  konsep  atau  prinsip  atau  teori,  untuk  mengembangkan  konsep  yang  telah ada  sebelumnya,  ataupun  untuk  melakukan  penyangkalan  terhadap  suatu penemuan (falsifikasi).

Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa KPS  adalah  kemampuan  siswa  untuk menerapkan  metode  ilmiah  dalam  memahami,  mengembangkan  dan  menemukan ilmu  pengetahuan. Dalam hal ini, KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:138), kelebihan KPS adalah:
1.        KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik.
2.        Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih aktif.
3.        KPS membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Secara terperinci, Hadiat dalam Patta Bundu (2006: 31) mengemukakan sejumlah ketrampilan proses dengan ciri-cirinya yang perlu dilatihkan pada siswa disekolah. Ketrampilan proses tersebut seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Ketrampilan Proses dan ciri-cirinya
Ketrampilan Proses
Ciri Aktivitas
Observasi (mengamati)
Menggunakan alat indra sebanyak mungkin, menumpulkan fakta yang relevan dan memadai
Klasifikasi (menggolongkan)
Mencari perbedaan, mengontraskan, mencari kesamaan, membandingkan, mencari dasar penggolongan
Aplikasi konsep (menerapkan konsep)
Menghitung, menjelaskan peristiwa, menerapkan konsep yang dipelajari pada situasi baru
Interpretasi (menafsirkan)
Mencatat hasil pengamatan, menghubungkan hasil pengamatan, dan membuat kesimpulan
Menggunakan alat
Berlatih menggunakan alat/bahan, menjelaskan, mengapa dan bagaimana alat digunakan
Eksperimen (merencanakan dan melakukan percobbaan)
Menetukan alat dan bahan yang digunakan, menentukan variable, menentukan apa yang diamati, diukur, menentukan langkah kegiatan, menetukan bagaimana data diolah, dan disimpulkan
Mengkomunikasikan
Membaca grafik, table atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, mendiskusikan hasil percobaandan menyampaikan laporan secara sistematis
Mengajukan pertanyaan
Bertanya, meminta penjelasan, bertanya tentang latar belakang hipótesis
Sumber: Modifikasi dari Hadiat,” Ketrampilan proses SAINS”, Beberapa topik Penataran Guru Sains, Patta Bundu (2006: 31).

Brotherton dan Preece (1995: 6) mengelompokkan keterampilan proses sains kedalam dua kelompok yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar terdiri atas : observation, classification, inferring, communication, recording, using numbers, predicting,using space/time relation, controlling variabel, collecting data, measuring, dan scientific thinking. Sedangkan keterampilan terintegrasinya meliputi : graphing, hypothezing, interpreting data, formulating models, experimenting dan defining operationally.
Sementara itu, Abruscato (1992:7) membuat penggolongan ketrampilan proses sains sebagai berikut.

Tabel 2. Pengelompokkan Ketrampilan Proses
Basic Skills (Ketrampilan Dasar)
Integrated Skills (Ketrampilan Terintegrasi)
- Mengamati (Observing)
- Menggunakan hubungan ruang (Using space relationship)
- Menggunakan angka (Using number)
- Mengelompokan (Classifying)
- Mengukur (measuring)
- Mengkomunikasikan (Communicating)
- Meramalkan (predicting)
- Menyimpulkan (Inferring)
- Mengontrol variable (controlling variable)
- Menafsirkan data (Interpreting data)
- Menyususn hipotesis (formulating hypothesis)
- Menyusun defenisi operasional (defining operationally)
- Melakukan percobaan (Experimenting)


Senada dengan pendapat Abruscato di atas, Funk (Dimyati, 2006: 140) menjabarkan keterampilan proses dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu keterampilan proses tingkat dasar (basic science process skill) dan keterampilan proses terpadu (integrated science process skill). Keterampilan proses tingkat dasar meliputi: mengobservasi, mengklarifikasi, memprediksi, mengukur, menginferensi, dan mengkomunikasikan. Keterampilan proses terpadu meliputi mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.

DAFTAR PUSTAKA
Abruscato, Joseph. 1992.  Teaching Children Science, a Discovery Approach. New York: Allyn and Bacon.

Brotherton, P. N., & Preece, P. F. W. (1995). Science process  skills: Their nature and interrelationships.  Research in Science & Technological Education, 13(1), 5-12.

Chakim, Abdulloh. 2010. “Pengembangan Penilaian Berkesinambungan di Madrasah Aliyah Negeri Tulungagung 2”. Tesis, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
           
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

------------------------------. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Indrawati. 2000. Keterampilan Proses Sains. Depdikbud-Dirjen Dikdasmen-PPG IPA Bandung.

Moh. Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moedjiono dan Dimyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Ozgelen, Sinan. (2012). Students’ Science Process Skills within a Cognitive Domain Framework. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2012, 8(4), 283-292.

Patta Bundu. 2006. Model Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam  Pembelajaran Sains SD. Jakrta: Depdiknas

Reni, et.al, (2013). Pengembangan Integrated Assessment untuk Mengukur Penguasaan Materi Ajar Listrik Magnet dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.

Richard J. Heuer Jr . 1999. Psychology of Intelligence Analysis. published by Center for the Study of Intelligence.

Rustaman, N.Y. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FMFISIKA UPI.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Zuhdan Kun Prasetyo, dkk. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Terpadu untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses, Kreativitas Serta Menerapkan Konsep Ilmiah Peserta Disik SMP. Laporan Penelitian. UNY.

Komentar

advertisement

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kurikulum Indonesia tahun 1952

ZonaSainsKita~ Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran.Karena itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai  Rencana Pelajaran Terurai 1952 . Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sudah digunakan pada masa tersebut. Lahirnya kurikulum 1952 tidak terlepas dari sejarah kelahiran Kurikulum 1947.Bahkan dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1947.Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai landasan operasionalnya.Hal ini terjadi sampai tahun 1949.Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-un

Sejarah Kurikulum Indonesia: Rencana Pendidikan 1964

Landasan pengembangan Kurikulum 1964 Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968/ 19 69. Struktur dan materi kurikulum pada periode tersebut di SD dan SMP tidak banyak mengalami perubahan kecuali pada kurikulum mata pelajaran Kewarganegaraan dan Sejarah yang diperbaharui karena perubahan politik, seperti masuknya Manipol Usdek dalam kurikulum 1964. Sebagai bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan dan diubahnya materi Pendidikan Kewarganegaraan pada er a Orde Baru ( Kurikulum 1968 ) menjadi Pendidikan Moral Pancasila. Pada kurikulum 1968/1969 di tingkat SMA terjadi perubahan penjurusan dan struktur kurikulum antara tahun 1950, 1964 dan 1968/1968 . Pada sekitar tahun 1963, terjadi revolusi di segala bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusunlah Rencana Pendidikan yang dimaksudkan dalam rangka pembinaan bangsa. Latar belakang dan dasar pemikiran penyusunan Rencana Pendidikan ini adalah agar bangsa yang

Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt

1.         Max Wertheimer (1880-1943) Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjad