Peter Reason (Wina Sanjaya, 2006: 230) menyatakan
bahwa berfikir (thinking) merupakan
proses mental seseorang yang lebih dari
sekedar mengingat (remembering) dan
memahami (comprehending)berfikir
lebih aktif dari hanya sekedar mengingat dan memahami.Arend (2013) menyatakan
bahwa keterampilan berfikir sebagai pengunaan proses intelektual dan kognitif
yang berawal dari proses – proses dasar sampai pada pemikiran tingkat tinggi
(high order thingking), dari mulai mengingat kembali sampai pada menganalisis,
mengkritik, dan menarik kesimpulan berdasarkan penilaian yang meyakinkan. Proses berpikir divergen
dan konvergen memiliki hubungan yang erat pada proses
berpikir analitis kritis (Semiawan, 1997: 54-58).
Menurut bambang subali (2013:7) kemampuan berpikir divergen
dinyatakan sebagai keterampilan peserta didik dalam mengembangkan gagasan
kreatif yang ditimbulkan oleh suatu stimulus. Berpikir divergen penting sebagai
syarat utama seseorang mampu berfikir kreatif. Menurut Anderson & Krathwohl
(2001: 130) menyatakan bahwa berfikir divergen merupakan inti dari proses
berfikir kreatif. Berfikir divergen penting pada tahap pertama proses kreatif
yaitu tahap merumuskan. Proses kreatif
diawali dengan berfikir divergen yang didalamnya siswa memikirkan berbagai
solusi ketika berusaha untuk memahami tugas. Sehingga Berfikir
kreatif didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyusun eleman – elemen
membentuk sesuatu
keseluruhan yang lebihkoheren atau fungsional(Anderson& Krathwohl, 2001:3)
Menurut Guilford (Dedi Supriadi, 1994: 7) menemukan bahwa
ada lima sifat yang menjadi ciri
kemampuan berpikir kreatif yaitu: (a) kelancaran (fluency), artinya kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan; (b)
keluwesan (flexibility), artinya
kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap
masalah; (c) keaslian (originality),
artinya kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli tidak
klise; (d) penguraian (elaborasi), artinya kemampuan untuk menguraikan sesuatu
secara rinci; (e) perumusan kembali (redenfinisi), artinya kemampuan untuk
meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang
sudah diketahui oleh banyak orang.
Menurut Conny semiawan (2009:32-33) pemikiran divergen tidak
terlepas dari pengembangan ranah afektif dengan masing-masing lingkaran
digambarkan sebagai berikut :
A.
Rasio : suatu kondisi pikir rasional
yang dapat diukur dan dikembangankan melalui berbagai latihan yang direncanakan
secara sadar.
B.
Emosi : suatu kondisi emosional yang
mempunyai pengaruh kuat dan menuntut kesadaran diri serta proses aktualisasi
C.
Intuisi : suatu kondisi kesadarn lebih
tinggi, bukan saja akar rasional, tetapi justru diperoleh dari ketidaksadaran
daan menjadi suatu firasat yang dapat ditingkatkan mencapai kecerahan.
D.
Sensing : kondisi bakat khusus yang
menciptakan hasl baru yang merupakan inspirasi yang mungkin didengane dan
dilihat orang laian. Memuat pengembangan mental dan fisik serta keterampilan
yang tinggi.
Daftar Pustaka
Bambang Subali (2013). Kemampuan
berpikir pola divergen dan berpikir kreatif dalam Keterampilan Proses sains.
Yogyakarta:UNY Press
Conny
semiawan.(2009), Kreativitas
keberbakatan: Mengapa, apa dan Bagaimana. Jakarta : PT Indeks
Conny
semiawan.(1997), PerspektifPendidikan
Anak Berbakat. Jakarta : PT Grasindo.
Conny
semiawan.(1992), Pendekatan Keterampilan Proses:Bagaimana mengaktifkan siswa
dalam belajar?. Jakarta : PT Grasindo.
Dedi Supriadi. (1994). Kreativitas, kebudayaan dan perkembangan
iptek. Bandung : Alfabeta
Lorin W. Andersno fan David R.Kratwohl.
(2001). Kerangka Landasan untuj pembelajaran, pengajaran dan Asesmen :Pustaka Pelajar
Slavin,
Robert. (1997). Pembelajaran Kooperatif.
Boston : Allyn and Bacon.
Utami
Munandar.(1992) Mengembangkan Bakat dan
Kreativitas anak Sekolah, Jakarta : Grasindo
Wina
Sanjaya. (2009). Strategi pembelajaran
berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Komentar
Posting Komentar