Langsung ke konten utama

Penelitian Pra Eksperimen



Penelitian eksperimen yang dikategorikan sebagai penelitian pra-eksperimen atau penelitian yang belum sepenuhnya memperhatikan prinsip eksperimen, yakni adanya kelompok atau grup pembanding (reference group atau control group) dan/atau adanya kontrol yang ketat terhadap suppressor/nuisance variable.



Ada tiga jenis penelitian pra-eksperimen, yaitu

a. One Shoot Case Study

Desain one shoot case study memiliki kelemahan utama yakni peneliti tidak memiliki kelompok atau grup pembanding (reference group atau control group) dan kedua peneliti tidak melakukan pengukuran sebelum perlakuan/intervensi diberikan. Secara skematis digambarkan sebagai berikut

X ---- O

Keterangan:

X = kelompok yang diberi perlakuan/intervensi X
O = pengukuran/observasi

Jadi begitu kelompok eksperimen diberi perlakuan/intervensi kemudian sesudahnya diobservasi Dengan demikian, tidak diketahui keadaan sebelum dilakukan oeksperimen. Asumsi yang digunakan bahwa sebelum eksperimen dilakukan, kelompok tersebut sama sekali tidak memiliki kemampuan yang akan diintervensi selama eksperimen berlangsung. MIsalkan diketahui dengan pasti bahwa subjek eksperimen sama sekali tidak ada yang mengenal mikroskop. Dengan metode yang dikembangkan peneliti ingin mengganti metode konvensional yang selama ini dipraktikkan di sekolah, yang rata-rata memerlukan waktu 5 jam siswa baru bias trampil menggunakan mikroskop. Dengan demikian, informasi awal tersebut dijadikan parameter populasi (atau uo). Dengan demikian ia dapat menguji hasil eksperimennya dengan menggunakan uji terhadap parameter menggunakan uji t-Student, karena setelah ia melakukan pengukuran setelah perlakuan/intervensi dikenakan, ia memiliki nilai statistik sampel berupa nilai rata-rata (Ỹ) dan simpangan baku sampel sebagai penduga simpangan baku populasi,.

b. One Group Pretest-Posttest Design

Pada eksperimen dengan desain ini, kelemahan utama bahwa peneliti tidak menggunakan kelompok/grup pembanding meskipun ia melakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan/intervensi diberikan. Secara skematis dapat dituliskan sebagai berikut.

O1 --- X ---- O2

Keterangan:
O1 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi
X = kelompok yang diberi perlakuan/intervensi X
O2 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi

Kelemahan desain ini bahwa jika perlakuan/intervensi dilakukan dalam waktu yang singkat, dan yang diukur adalah penguasaan dalam aspek pengetahuan, maka besar kemungkinan subjek penelitian masih mengingat soal-soal pretest yang diujikan, sehingga ia akan berhasil lebih baik saat mengerjakan posttest. Hal ini dikenal dengan istilah testing effect. Selain itu juga ada error yang ditimbulkan oleh adanya peserta didik yang mengerjakan dengan asal menebak namun hasilnya kebetulan menjadi baik saat mengerjakan posttest. Hal ini disebut dengan regression effect. Jika perlakuan/intervensi berlangsung terlalu lama juga akan timbul error yang disebabkan oleh maturation effect sejalan dengan berkembangkan mental subjek penelitian.

Hasil eksperimen dengan desain ini dapat diuji dengan uji t-Student untuk data berpasangan bila memenuhi persyaratan parametrik atau diuji dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon bila tidak memenuhi persyaratan parameterik. Bila desainnya diperluas sehingga ada k grup karena perlakuan/intervensinya dilakukan lebih dari sekali, maka dapat diuji menggunakan uji ragam dwi arah bila memenuhi persyaratan parameterik atau uji ragam berperingkat Friedmen bila tidak memenuhi persyaratan parameterik.

c. The Static Group Comparison

Pada eksperimen dengan desain ini, peneliti menggunakan kelompok/grup pembanding. Namun, ia tidak melakukan pengukuran sebelum perlakuan/intervensi diberikan. Ia hanya melakukan pengukjuran setelah perlakuan/intervensi diberikan. Peneliti tidak melakukan pengacakan dalam arti random asigment. Secara skematis dapat dituliskan sebagai berikut.

X1 ---- O1
X2 ---- O2

Keterangan:

O1 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi
X1 = kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi
(sebagai kelompok pemanding)
O2 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi
X2 = kelompok yang diberi perlakuan/intervensi X2 (atau disingkat kelompok perlakuan)

Kelemahan desain ini adalah bila tidak terpenuhinya asumsi bahwa kedua kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok pembanding) benar-benar homogen, karena peneliti tidak melakukan pengacakan dalam arti random asigment, yakni pengacakan agar setiap subjek eksperimen berpeluang sama untuk mendapatkan suatu perlakuan.

Hasil eksperimen dengan desain ini dapat diuji dengan uji t-Student untuk data tidak berpasangan bila memenuhi persyaratan parametrik atau diuji dengan uji U Mann-Whitney bila tidak memenuhi persyaratan parameterik. Bila desainnya diperluas sehingga ada k grup, maka dapat diuji menggunakan uji ragam eka arah bila memenuhi persyaratan parameterik atau uji ragam berperingkat Kruskal-Wallis bila tidak memenuhi persyaratan parameterik.

d. Randomized Matched/Equivalent Subject: Posttest Only Control-Group Design

Pada eksperimen dengan desain ini, peneliti menggunakan kelompok/grup pembanding yang diasumsikan merupakan kelompok yang setara/equivalent tanpa melakukan random asigmentNamun, ia tidak melakukan pengukuran sebelum perlakuan/intervensi diberikan. Ia hanya melakukan pengukjuran setelah perlakuan/intervensi diberikan.

X1 ---- O1
X2 ---- O2

Keterangan:
O1 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi
X1 = kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)
O2 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi
X2 = kelompok yang diberi perlakuan/intervensi X2 (atau disingkat kelompok perlakuan)

Kelemahan desain ini adalah bila tidak terpenuhinya asumsi bahwa kedua kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok pembanding) benar-benar homogen, karena peneliti tidak melakukan pengacakan dalam arti random asigment, yakni pengacakan agar setiap subjek eksperimen berpeluang sama untuk mendapatkan suatu perlakuan.

Hasil eksperimen dengan desain ini dapat diuji dengan uji t-Student untuk data tidak berpasangan bila memenuhi persyaratan parametrik atau diuji dengan uji U Mann-Whitney bila tidak memenuhi persyaratan parameterik. Bila desainnya diperluas sehingga ada k grup, maka dapat diuji menggunakan uji ragam eka arah bila memenuhi persyaratan parameterik atau uji ragam berperingkat Kruskal-Wallis bila tidak memenuhi persyaratan parameterik.

e. Randomized Control-Group Posttest Only Design

Pada eksperimen dengan desain ini, peneliti menggunakan kelompok/grup pembanding. Kedua kelompok diacak dengan prinsip random asigment. Namun, ia tidak melakukan pengukuran sebelum perlakuan/intervensi diberikan. Ia hanya melakukan pengukjuran setelah perlakuan/intervensi diberikan. Secara skematis dapat dituliskan sebagai berikut.

X1 ---- O1
X2 ---- O2

Keterangan:
O1 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi
X1 = kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)
O2 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi
X2 = kelompok yang diberi perlakuan/intervensi X2 (atau disngkat kelompok perlakuan)

Catatan: subjek penelitian diundi untuk memenuhi syarat random asigment Kelemahan desain ini adalah karena peneliti tidak melakukan pretest, ia tidak akan mengetahui ada tidaknya efek interaksi pretest dan treatment. ,.
Hasil eksperimen dengan desain ini dapat diuji dengan uji t-Student untuk data tidak berpasangan bila memenuhi persyaratan parametrik atau diuji dengan uji U Mann-Whitney bila tidak memenuhi persyaratan parameterik. Bila desainnya diperluas sehingga ada k grup, maka 
dapat diuji menggunakan uji ragam eka arah bila memenuhi persyaratan parameterik atau uji ragam berperingkat Kruskal-Wallis bila tidak memenuhi persyaratan parameterik.

Komentar

advertisement

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kurikulum Indonesia tahun 1952

ZonaSainsKita~ Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran.Karena itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai  Rencana Pelajaran Terurai 1952 . Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sudah digunakan pada masa tersebut. Lahirnya kurikulum 1952 tidak terlepas dari sejarah kelahiran Kurikulum 1947.Bahkan dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1947.Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai landasan operasionalnya.Hal ini terjadi sampai tahun 1949.Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-un

Sejarah Kurikulum Indonesia: Rencana Pendidikan 1964

Landasan pengembangan Kurikulum 1964 Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968/ 19 69. Struktur dan materi kurikulum pada periode tersebut di SD dan SMP tidak banyak mengalami perubahan kecuali pada kurikulum mata pelajaran Kewarganegaraan dan Sejarah yang diperbaharui karena perubahan politik, seperti masuknya Manipol Usdek dalam kurikulum 1964. Sebagai bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan dan diubahnya materi Pendidikan Kewarganegaraan pada er a Orde Baru ( Kurikulum 1968 ) menjadi Pendidikan Moral Pancasila. Pada kurikulum 1968/1969 di tingkat SMA terjadi perubahan penjurusan dan struktur kurikulum antara tahun 1950, 1964 dan 1968/1968 . Pada sekitar tahun 1963, terjadi revolusi di segala bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusunlah Rencana Pendidikan yang dimaksudkan dalam rangka pembinaan bangsa. Latar belakang dan dasar pemikiran penyusunan Rencana Pendidikan ini adalah agar bangsa yang

Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt

1.         Max Wertheimer (1880-1943) Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjad