Langsung ke konten utama

Konsep Sustainability Education dalam Pembelajaran

Istilah sustainability education berawal dari munculnya konsep berkelanjutan (sustainability) yang merupakan sebuah konsep yang pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 dalam laporan World Commission on Environment and Development atau yang lebih dikenal dengan laporan Brundtland (Brundtland Report) oleh United Nations (United Nations, 1987; Darwish, et al., 2010; Imam, et al., 2011).

Kuhlman & Farrington(2010) menyatakan bahwa konsep ini bermula karena mempertimbangkan dua hal yang saling mempengaruhi yang menjadi penunjang kehidupan manusia namun berada pada sisi yang berbeda yaitu pengembangan dan lingkungan, yang juga dapat diinterpretasikan seperti kebutuhan dan sumber daya, jangka pendek dan jangka panjang.Nicolette, et al.(2013) juga menyatakan bahwa untuk bertahan hidup, manusia membutuhkan sumber daya alam, namun disisi lain sumber daya alam tersebut juga perlahan-lahan akan menjadi langka dan habis.Konsep sustainability yang dikeluarkan oleh United Nations mempertimbangkan kehidupan masyarakat yang lebih baik pada satu sisi dan ketersediaan sumber daya alam serta energi disisi lain (United Nations, 1987; Kuhlman & Farrington, 2010; Nicolette, et al., 2013).

sustainability education chemistry

Konsep sustainability sangat berkaitan erat dengan istilah lingkungan, ekonomi dan sosial untuk generasi di masa depan (Svanstrom, et al., 2008).Kuhlman & Farrington(2010) juga menyatakan bahwa konsep sustainabillty hampir sering dikaitkan dengan tiga dimensi yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Tiga dimensi pada konsep sustainability yang disebut triple bottom line juga dimaknakan sama seperti profit, planet dan manusia (profit, planet & people) oleh Kuhlman & Farrington(2010).

Sanchez-Medina et al.(2011)juga mengemukakan bahwa dalam bidang bisnis, pengembangan berkelanjutan (sustainable development) juga terikat pada tujuan yang berkaitan dengan keadilan sosial, efisiensi dalam ekonomi dan lingkungan, sebagaimana paparan berikut “Business sustainability entails the adoption of objectives for sustainable development, namely social equity, economic efficiency, and environmental performance”.

Konsep berkelanjutan (sustainability) membahas tiga dimensi penting yang saling berkaitan satu sama lain yang juga disamakan dengan istilah tiga pilar, tiga dimensi, dan tiga komponen yang semuanya mengacu pada lingkungan, sosial dan ekonomi yang biasanya juga disebut dengan konsep (triple bottom line) yang berhubungan dengan profit, planet dan manusia (profit, planet & people). Ketiga komponen ini harus berjalan secara seimbang karena saling mempengaruhi dan menunjang(Svanstrom, et al., 2008; Brundiers, et al., 2010; Kuhlman & Farrington, 2010; Sanchez-Medina, et al., 2011; Nicolette, et al., 2013).

Pada konsep ini terdapat dua fokus utama yaitu pengembangan dan lingkungan yang keduanya sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia dan mulai diimplementasikan dalam pendidikan. Pengembangan berkelanjutan (Sustainable Development) selanjutnya dibahas lebih lanjut dalam bidang ilmu ekonomi dan juga dibelajarkan dalam pendidikan. Lingkungan berbasis konsep berkelanjutan dibelajarkan dan dirancang konsep pedagoginya (Sustainability Education) oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) untuk menanamkan kesadaran terhadap lingkungan dan menumbuhkan sikap peduli lingkungan siswa sejak dini (UNESCO, 2002).

Wooltorton (White, 2008) merekomendasikan konsep sustainability diimplementasikan dalam pendidikan sebagaimana kutipannya, “zeal in the pursuit of sustainability education goes so far as to recommend ‘that education systems and schools include education for sustainability as their primary purpose…”.Pendidikan berkelanjutan ditujukan untuk menyediakan dan memfasilitasi pembelajaran, pelatihan dan pengalaman praktis baik pada pendidikan formal maupun non-formal untuk menghadapi pengembangan berkelanjutan dan membekali sikap peduli lingkungan (Medrick, 2013).

United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) mengemukakan bahwa konsep berkelanjutan ini dapat dibelajarkan dalam proses pembelajaran dengan beberapa strategi pembelajaran, diantaranya experiential learning (Brundiers, et al., 2010; Redman, 2013; Sipos, et al., 2008), project based learning (Jollands & Parthasarathy, 2013; Micangeli, et al., 2014), story-telling, values education, inquiry learning, appropriate assessment, future problem-solving, learning outside the classroom, & community problem solving (UNESCO, 2002, hal. 5).

 

Sumber:

AAAS. (1993). Benchmarks for Science Literacy. New York: Oxford University Press.

Brundiers, K., Wiek, A., & Redman, C. L. (2010). Real-world Learning Opportunities Sustainability: From Classroom into The Real World. International Journal of Sustainability in Higher Education, 11(4), 308-324.

Darwish, M. M., Agnello, M. F., & Burgess, R. (2010). Incorporating Sustainable Development And Environmental Ethics Into Construction Engineering Education. Presented at 8th Latin American and Caribbean Conference for Engineering and Technology. Arequipa, Peru.

Evans, J., & Graff, E. (2012). Promoting Environmental and Cultural Awareness through Experiential Learning. The International Journal of Sustainability Education, 1, 1-13.

Imam, A., Ali, M. A., & Zadeh, M. N. (2011). Environmental Ethics and Integrating Sustainability into Management Education. SMS Varanasi, IV(1), 74-88.

Jannah, M., Halim, L., & Meerah, S. M. (2013). Impact of Environmental Education Kit on Students’ Environmental Literacy. Asian Social Science, 9(12), 1-12.

Jollands, M., & Parthasarathy, R. (2013). Developing Engineering Students’ Understanding of Sustainability Using Project Based Learning. Sustainability, 5, 5052-5066.

Kemendikbud. (2013a). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 65, Tahun 2013, tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kemendikbud. (2013b). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 69, Tahun 2013, tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Kuhlman, T., & Farrington, J. (2010). What is Sustainability? Sustainability, 2, 2436-3448.

Medrick, R. (2013). A Pedagogy for Sustainability Education. Journal of Sustainability Education, 5, 1-3.

Mehra, V., & Kaur, J. (2010). Effect of Experiential Learning Strategy on Enhancement of Environmental Awareness among Primary School Students. Indian Educational Review, 47(2), 30-44.

Micangeli, A., Naso, V., & Matrisciano, A. (2014). Attitudes toward Sustainability and Green Economy Issues Related to Some Students Learning Their Characteristics: A Preliminary Study. Sustainability, 6, 3484-3503.

Nicolette, J., Burr, S., & Rockel, M. (2013). A Practical Approach for Demonstrating Environmental Sustainability and Stewardship through a Net Ecosystem Service Analysis. Sustainability, 5, 2152-2177.

OECD. (2013). PISA 2015: Draft Science Framework. New York: OECD Printing Office.

OECD. (2014). PISA 2012 Results: What 15-year-olds Know and What They Can Do with What They Know. Paris: OECD Printing Office.

Komentar

  1. Hati-hati.. Isi blog orang ini hasil plagiat semua.
    Ini isi tesis saya, semuanya.

    BalasHapus

Posting Komentar

advertisement

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kurikulum Indonesia tahun 1952

ZonaSainsKita~ Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran.Karena itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai  Rencana Pelajaran Terurai 1952 . Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sudah digunakan pada masa tersebut. Lahirnya kurikulum 1952 tidak terlepas dari sejarah kelahiran Kurikulum 1947.Bahkan dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1947.Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai landasan operasionalnya.Hal ini terjadi sampai tahun 1949.Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-un

Sejarah Kurikulum Indonesia: Rencana Pendidikan 1964

Landasan pengembangan Kurikulum 1964 Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968/ 19 69. Struktur dan materi kurikulum pada periode tersebut di SD dan SMP tidak banyak mengalami perubahan kecuali pada kurikulum mata pelajaran Kewarganegaraan dan Sejarah yang diperbaharui karena perubahan politik, seperti masuknya Manipol Usdek dalam kurikulum 1964. Sebagai bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan dan diubahnya materi Pendidikan Kewarganegaraan pada er a Orde Baru ( Kurikulum 1968 ) menjadi Pendidikan Moral Pancasila. Pada kurikulum 1968/1969 di tingkat SMA terjadi perubahan penjurusan dan struktur kurikulum antara tahun 1950, 1964 dan 1968/1968 . Pada sekitar tahun 1963, terjadi revolusi di segala bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusunlah Rencana Pendidikan yang dimaksudkan dalam rangka pembinaan bangsa. Latar belakang dan dasar pemikiran penyusunan Rencana Pendidikan ini adalah agar bangsa yang

Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt

1.         Max Wertheimer (1880-1943) Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjad