Langsung ke konten utama

Perangkat–perangkat dalam Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA akan terlaksana dengan baik manakala telah direncanakan sebelumnya dengan memperhatikan kondisi dan potensi peserta didik serta sumber daya pendukung lainnya (Kemendiknas, 2011:6). Penyusunan perangkat pembelajaran merupakan salah satu upaya mendesain pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah pegangan bagi pendidik dalam melaksanakan setiap pembelajaran baik di kelas, laboratorium maupun tempat belajar lain untuk setiap kompetensi dasar (Devi, Sofiraeni, & Khairuddin, 2009: 1). Perangkat pembelajaran dikatakan baik apabila memenuhi kriteria validitas (validity), kepraktisan (practically) dan keefektifan (effectiveness) (Sulistyaningsih, et al., 2012; Nieveen, 2007). Aspek validitas dibedakan menjadi dua yaitu relevansi (content validity) dan konsistensi (construct validity). Perangkat pembelajaran yang harus disiapkan oleh guru diantaranya meliputi silabus, RPP, LKPD dan instrumen evaluasi (2009: 5). Instrumen evaluasi yang disarankan oleh Kurikulum 2013 adalah penilaian otentik.

1. Silabus

Silabus merupakan penjabaran kompetensi inti dan kompetensi dasar menjadi indikator, materi pokok dan kegiatan pembelajaran sebagai acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran dalam kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013b: 5; Lestari, 2013:63).

2. RPP

Idealnya sebelum melaksanakan pembelajaran pendidik menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Shrawder & Warner (2006: 3) menyatakan bahwa RPP adalah peta jalan untuk merencanakan dan melaksanakan setiap pembelajaran yang logis dengan proses yang sistematis sehingga peserta didik dapat mencapai hasil pembelajaran terbaik. Devi, Sofiraeni, & Khairuddin (2009: 21) menambahkan bahwasannya RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih (Kemendikbud, 2013b:5). Jadi dapat disimpulkan bahwa RPP adalah peta jalan pembelajaran atau kerangka pembelajaran untuk satu pertemuan atau lebih yang dijabarkan dari silabus sebagai upaya untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai KD. RPP seharusnya bersifat operasional praktis dan bukan semata-mata memenuhi persyaratan administratif (Lestari, 2013, hal. 71).

RPP IPA sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan RPP sebagai berikut:

a. Memperhatikan individu peserta didik antara lain kemampuan awal, intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, gaya belajar.

b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik dengan merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Hal ini diupayakan agar motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inovasi dan kemandirian peserta didik dapat meningkat.

c. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan dan remidi.

d. Mengakomodasi pembelajaran terpadu.

e. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

Penerapan teknologi dan komunikasi secara terintegrasi sesuai dengan kebutuhan (Kemendikbud, 2013b; Trianto, 2013:109).

 

Pustaka:

 

AAAS. (1993). Benchmarks for science literacy. New York: Oxford University Press.

Akbar, S. (2013). Instrumen perangkat pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anonim. (2004). Alternate asessment in the science classroom. Ohio: Glencoe/McGraw-Hill.

Anonim. (2008, Februari). Lifelong learning for creativity and innovation, a background paper. Diakses pada 14 September 2014, dari http://www.sac.smm.lt/images/12%20Vertimas%20SAC%20Creativity%20and%20innovation%20-%20SI%20Presidency%20paper%20anglu%20k.pdf

Devi, P. K., Sofiraeni, R., & Khairuddin. (2009). Pengembangan perangkat pembelajaran. Bandung: PPPPTK.

Ferrari, A., Cachia, R., & Punie, Y. (2009). Innovation and creativity in education and training in the EU member states: fostering creative learning and supporting innovative teaching. Dipetik September 14, 2014, dari http://ftp.jrc.es/EURdoc/JRC52374_TN.pdf

Gormally, C., Brickman, P., & Lutz, M. (2012). Developing of test of scientific literacy (TOSLS): Measuring undergraduates' evaluation of scientific information and arguments. CBE-Life Science Education , 11, 364-377.

Griffin, P., & McGaw, B. (2012). Asessment and teaching of 21st century skills. London: Springer.

Hu, W., & Adey, P. (2002). A scientific creativity test for secondary school students. International Journal Science Education , 24 (4), 389-391.

Indriyanto, B. (2012). Pengembangan kurikulum sebagai intervensi kebijakan peningkatan mutu pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , 18 (4), 440-453.

Isaksen, S. G. (1995). On the conceptual foundations of creative problem solving: a response to Magyari-Beck. Creativity and Innovation Management , 4 (1), 52-63.

Isaksen, S. G., & Treffinger, D. J. (2004). Celebrating 50 years of reflective practice: versions of creative problem solving. Journal of Creative Behavior , 2-27.

Kemendikbud. (2013a). Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan no. 68 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Jakarta: Kemendikbud.

­­­­____________. (2013b). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum. Jakarta: Kemendikbud.

____________. (2013c). Salinan lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 66 tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendiknas. (2011). Panduan pengembangan pembelajaran IPA secara terpadu. Jakarta: Kemendiknas.

Komentar

advertisement

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kurikulum Indonesia tahun 1952

ZonaSainsKita~ Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran.Karena itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai  Rencana Pelajaran Terurai 1952 . Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sudah digunakan pada masa tersebut. Lahirnya kurikulum 1952 tidak terlepas dari sejarah kelahiran Kurikulum 1947.Bahkan dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1947.Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai landasan operasionalnya.Hal ini terjadi sampai tahun 1949.Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-un

Sejarah Kurikulum Indonesia: Rencana Pendidikan 1964

Landasan pengembangan Kurikulum 1964 Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968/ 19 69. Struktur dan materi kurikulum pada periode tersebut di SD dan SMP tidak banyak mengalami perubahan kecuali pada kurikulum mata pelajaran Kewarganegaraan dan Sejarah yang diperbaharui karena perubahan politik, seperti masuknya Manipol Usdek dalam kurikulum 1964. Sebagai bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan dan diubahnya materi Pendidikan Kewarganegaraan pada er a Orde Baru ( Kurikulum 1968 ) menjadi Pendidikan Moral Pancasila. Pada kurikulum 1968/1969 di tingkat SMA terjadi perubahan penjurusan dan struktur kurikulum antara tahun 1950, 1964 dan 1968/1968 . Pada sekitar tahun 1963, terjadi revolusi di segala bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusunlah Rencana Pendidikan yang dimaksudkan dalam rangka pembinaan bangsa. Latar belakang dan dasar pemikiran penyusunan Rencana Pendidikan ini adalah agar bangsa yang

Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt

1.         Max Wertheimer (1880-1943) Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjad