Langsung ke konten utama

Literasi Kimia dalam Pembelajaran Sains

Istilah literasi kimia tidak dapat dibedakan secara harfiah dengan literasi sains.American Association for The Advancement of Science (AAAS)(1993, hal. 322) menyebutkan bahwa literasi sains merupakan kemampuan yang dimiliki seorang siswa dalam mengamati tiap fenomena alam, merefleksikannya, dan mampu menjelaskan serta mengkomunikasikannnya dengan baik. Siswa dinyatakan memiliki literasi sains apabila memiliki kompetensi, seperti: (1) Mampu menjelaskan fenomena yang terjadi di sekitar secara ilmiah; (2) Mengevaluasi dan merancang penemuan ilmiah; dan (3) Menginterpretasikan data serta membuktikannya secara ilmiah (OECD, 2013, hal. 7)

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) (2013, hal. 12) mengemukakan bahwa literasi sains yang dinilai pada PISA (survei internasional tiga tahunan yang bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan di seluruh dunia dengan menguji keterampilan dan pengetahuan siswa 15 tahun) memiliki beberapa domain, diantaranya meliputi (1) Context; (2) Knowledge; (3) Competencies; dan (4) Attitude.Domain literasi sains yang dinilai pada PISA disajikan lebih jelas dalam Gambar 1.

clip_image002

Gambar 1
Framework for PISA 2015 Scientific Literacy Assessment

Bybee (Shwartz, et al., 2006; Soobard & Rannikmae, 2011) mendeskripsikan bahwa literasi sains untuk siswa yang lebih dewasa (di atas usia 15) memiliki empat level, yaitu: (1) Scientific illiteracy (Shwartz, et al., 2006); (2) Nominal Scientific Literacy; (3) Functional Scientific Literacy; (4) Conceptual Scientific Literacy; dan (5) Multidimensional Scientific Literacy. Level literasi sains yang diadaptasidari Shwartz, et al. (2006)disajikan lebih jelas dalam Tabel 1.

Tabel 1
Pengklasifikasian Level Literasi Sains

Level

Literasi

Kemampuan

1

Scientific illiteracy

Tidak mampu menjelaskan, menghubungkan fenomena sekitar secara ilmiah

2

Nominal Scientific Literacy

Mengenal konsep sains tetapi masih memungkinkan terjadinya miskonsepsi

3

Functional Scientific Literacy

Menjelaskan dan mendefiniskan konsep sains dengan benar dan secara ilmiah, tetapi memiliki keterbatasan pengetahuan tentang konsep terkait

4

Conceptual Scientific Literacy

Mengembangkan pemahaman tentang konsep sains terkait dan menghubungkannya dengan konsep lain untuk membentuk pemahaman yang utuh

5

Multidimensional Scientific Literacy

Mengembangkan pemahaman tentang konsep sains terkait baik secara ilmiah maupun filosofis dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

(Shwartz, et al., 2006)

A. Environmental Awareness (Kesadaran Terhadap Lingkungan)

Environmental awareness merupakan salah satu komponen dari literasi lingkungan (environmental literacy). Literasi lingkungan mencakup lima komponen yang disajikan pada Gambar2, diantaranya: pengetahuan (knowledge), kesadaran(awareness), perilaku (behavior), keterlibatan (involvement) dan sikap (attitude) (Jannah, et al., 2013).

clip_image004

Gambar 2
Komponen Literasi Lingkungan (Environmental Literacy)

Kesadaran terhadap lingkungan merupakan cerminan dari semua pengetahuan yang dimiliki siswa melalui proses pembelajaran kimia tentang keterkaitan kimia dengan lingkungan dan masalah serta alternatif solusinya (Saxena & Srivastava, 2012). Seorang siswa dikatakan memiliki kesadaran terhadap lingkungan apabila mampu mengimplementasikan konsep kimia yang diketahuinya untuk menjaga lingkungan dan mencegah dari kerusakannya.

Partanen-Hertell et al.(1999, hal. 20) mendefinisikan kesadaran terhadap lingkungan sebagai kombinasi dari komponen motivasi, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana kutipannya “environmental awareness is defined as a combination of motivation, knowledge and skills”, ilustrasi tersebut disajikan pada Gambar 3.

clip_image006

Gambar 3
Komponen Environmental Awareness

Komentar

  1. Salam kenal, Mas Lutfi.
    kalau boleh tahu ini referensinya dari mana ya?
    kok sama persis sampai titik koma, gambar dan semua nya dengan isi tesis saya.
    tolong diperjelas sebelum ini saya laporkan sebagai plagiarisme.

    BalasHapus
  2. Pak ma'af ya.. Saya pernah lihat tulisan ini dan sangat persis, Ini bapak kalau mau pake Tulisan orang minta Ijin dulu pak.. Itu Tulisan Ibu Magfirah Perkasa.

    BalasHapus

Posting Komentar

advertisement

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kurikulum Indonesia tahun 1952

ZonaSainsKita~ Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran.Karena itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai  Rencana Pelajaran Terurai 1952 . Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sudah digunakan pada masa tersebut. Lahirnya kurikulum 1952 tidak terlepas dari sejarah kelahiran Kurikulum 1947.Bahkan dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1947.Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai landasan operasionalnya.Hal ini terjadi sampai tahun 1949.Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-un

Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt

1.         Max Wertheimer (1880-1943) Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjad

Jenis-jenis Penelitian Pengembangan (Development Research)

Jenis-jenis penelitian yang utama pada penelitian pengembangan (Akker,1999): 1.      Penelitian formatif. Aktivitas penelitian ketika melakukan keseluruhanproses pengembangan suatu intervensi yang spesifik mulai daripenyelidikan belajar melalui evaluasi belajar (summatif dan formatif),mengoptimalisasi mutu intervensi pada pengujian prinsip-prinsiprancangan. 2.      Studi rekonstruksi. Analisis penelitian yang menyelenggarakan prosespengembangan beberapa intervensi, berfokus pada artikulasi danspesifikasi prinsip-prinsip rancangan. Komponen Utama Penelitian Pengembangan (DR) Menurut Tim Puslitjaknov (2008), metode penelitian pengembangan memuat 3  komponen utama yaitu: (1) Model pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk. Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut: Model Penelitian Pengembangan Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptua