Langsung ke konten utama

Metode Penelitian Observasi Deskriptif

Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.

Untitled #12, Deborah Schneider

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.

Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:

1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.

2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.

3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.

 

1.1 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penelitian observasi?

2. Apa saja karakteristik dari penelitian observasi?

3. Apa saja langkah-langkah dalam penelitian observasi?

4. Apa saja prinsip-prinsip penelitian observasi?

5. Apa saja bentuk-bentuk penelitian observasi?

6. Bagaimana desain, pelaksanaan, dan pelaporan hasil observasi?

7. Bagaimana teknik sampling dan teknik analisis data dalam penelitian observasi?

8. Apa saja contoh permasalahan yang dipecahkan melalui penelitian observasi?

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam makalah ini cukup dibatasi dengan rumusan-rumusan masalah yang telah dibuat.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi penelitian observasi

2. Untuk mengetahui karakteristik dari penelitian observasi

3. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam penelitian observasi

4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip penelitian observasi

5. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penelitian observasi?

6. Untuk mengetahui desain, pelaksanaan, dan pelaporan hasil observasi

7. Untuk mengetahui teknik sampling dan teknik analisis data dalam penelitian observasi

8. Untuk mengetahui apa saja contoh permasalahan yang dipecahkan melalui penelitian observasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penelitian Observasi

Penelitian observasi merupakan penelitian yang datanya dihimpun dengan cara peneliti melakukan observasi atau pengamatan. Penelitian observasi juga diartikan sebagai suatu proses penyelidikan dengan menggunakan metode pengamatan. Prinsip dari metode penelitian ini adalah mengamati prilaku subyek, subyek adalah orang yang diteliti sedangkan obyek adalah aspek yang diteliti. Kegiatan mengamati tidak hanya dengan menggunakan panca indra mata (visual) tetapi juga bisa melibatkan beberapa panca indra.

Sebagai contoh ketika seseorang ingin meneliti tentang proses pembelajaran seorang guru, peniliti bisa mengamati proses pembelajaran itu melalui rekaman cctv dengan menggunakan panca indra mata (visual) dan telinga (audio). Dengan mata (visual), dia bisa melihat prosesnya sedangkan dengan telinga (audio), dia bisa mendengar apa saja yang dibicarakan guru dalam proses pembelajaran itu. Hakikat penelitian observasi ini adalah ingin memperoleh fakta yang sesungguhnya.

2.2 Karakteristik Penelitian Observasi

Beberapa karakteristik penelitian observasi diantaranya:

1) Dalam pelaksanaannya menggunakan pengamatan

2) Mempunyai arah yang khusus

3) Sistematik

4) Bersipat kuantitatif

5) Diikuti pencatatan segera (pada waktu observasi berlangsung)

6) Menuntut keahlian

7) Hasilnya dapat dicek dan dibuktikan.

2.3 Langkah-langkah Penelitian Observasi

Untuk mengadakan observasi yang baik agar memperoleh data representatif, Rummel (1958) memberikan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Memiliki pengetahuan tentang apa yang akan diobservasi .

2) Menyelidiki tujuan penelitian (baik umum maupun khusus).

3) Menentukan cara untuk mencatat hasil observasi penelitian.

4) Membatasi macam tingkat kategori tegas. Penelitian harus membuat tingkatannya misalnya: utama, penting dan tidak penting mengenai data yang akan dikumpulkan apabila kalau pengumpulan datanya orang banyak (team).

5) Berlaku sangat cermat dan kritis. Penelitian tidak boleh gegabah, tergesa-gesa atau serampangan agar apa yang dicatat dalam observasi adalah benar-benar data yag dibutuhkan.

6) Mencatat tiap gejala secara terpisah ini dimaksudkan supaya gejala yang dicatat tidak dipengaruhi oleh situasi pencatatan, karena keadaan atau kondisi waktu mencatat dapat berpengaruh kepada observer, kalau terjadi pengaruh itu maka terjadilah apa yang disebut Carry Over Offects.

7) Mengetahui seluk beluk alat-alat pencatatan dan cara pnggunaannya sebelum observasi dilakukan.

Langkah-langkah Observasi dalam Pembelajaran

Beberapa langkah observasi dalam pembelajaran diantaranya:

1) Menentukan tujuan observasi.

2) Menentukan subjek atau kelompok objek yang akan diobservasi.

3) Mendapatkan izin atau persetujuan untuk melakukan observasi.

4) Memeperoleh penerimaan baik dari subjek.

5) Melakukan observasi terhadap subjek dan merekam catatan lapangan dalam kurun waktu tertentu.

6) Menyelesaikan peristiwa kritis seperti meluruskan kekeliruan subjek yang memandang evaluator sebagai mata-mata.

7) Mengakhiri kegiatan observasi.

8) Menganalisis data hasil observasi.

9) Menyusun laporan hasil observasi dan mempresentasikannya.

2.4 Prinsip-prinsip Penelitian Observasi

Untuk memperoleh hasil yang baik, seseorang yang hendak melakukan observasi sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip observasi sebagai berikut:

1) Observasi sebagai suatu cara pengumpulan data harus dilakukan secara cermat, jujur, dan objektif serta terfokus pada objek yang diteliti.

2) Dalam menentukan objek yang hendak diobservasi, seorang observer harus mengingat bahwa makin banyak objek yang diobservasi, makin sulit observasi dilakukan dan makin tidak teliti hasilnya.

3) Sebelum observasi dilaksanakan, observer sebaiknya menentukan cara dan prosedur observasi.

4) Agar observasi lancar, pengamat perlu memahami apa yang hendak dicatat serta bagaimana membuat catatan atas hasil observasi yang terkumpul.

2. 5 Bentuk- bentuk Penelitian Observasi

Berdasarkan keterlibatan penelitinya, metode observasi dibedakan sebagai berikut:

1) Observasi biasa, pada observasi biasa, observer merupakan orang yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer), ia tidak memiliki keterlibatan apa pun dengan pelaku yang menjadi objek penelitian.

2) Observasi terkendali (controlled observation), dalam observasi terkendali, observer juga sepenuhnya melakukan observasi. la tidak memiliki hubungan apa pun dengan objek (pelaku) yang diamatinya. Akan tetapi, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendali orang yang menjadi sasaran penelitian ditempatkan dalam suatu ruangan yang dapat diamati oleh peneliti. Observasi terkendali umumnya dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan dalam melaporkan hasil observasi dan biasanya banyak digunakan dalam penelitian yang mengkhususkan perhatian pada usaha mengetahui sebanyak mungkin sifat kelompok kecil.

3) Observasi terlibat (participant observation), observasi terlibat merupakan jenis observasi yang paling sering digunakan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Metode semacam ini dalam bahasa Jerman disebut juga verstehen, yaitu suatu metode yang memungkinkan terjadinya keterlibatan seorang peneliti pada masyarakat yang dijadikan objek penelitiannya.Dalam observasi terlibat, observer ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diamati. Caranya peneliti datang ke lokasi penelitian, tinggal di tempat tersebut untuk jangka waktu tertentu, mempelajari bahasa, atau dialek setempat, kemudian berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari sambil melakukan observasi.

2.6 Desain, Pelaksanaan, Pelaporan Hasil Penelitian Observasi

Penyusunan Lembar Observasi

Lembar observasi adalah pedoman terperinci mengenai langkah-langkah melakukan observasi, mulai dari perumusan masalah, kerangka teori untuk menjabarkan tingkah laku yang akan diobservasi, prosedur dan teknik perekaman serta kriteria analisis dan interpretasi. Pelopor penyusunan lembar observasi untuk pengamatan tingkah laku adalah Dr. Dorothy Thomas dan Dr Charlotte Buhler. Kedua tokoh ini menemukan cara mereka saat melakukan observasi dalam setting situasi bermain anak-anak balita sewaktu mereka bertemu pertama kali di taman kanak-kanak. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menyusun lembar observasi ini adalah sebagai berikut :

1. Lakukan terlebih dahulu studi pendahuluan dengan cara :

a. Mengamati gejala yang idnetik dengan gejala yang akan diamati.

b. Mencoba menggolongkan gejala

c. Mencoba menuangkan butir a dan b dalam lembar rekaman observasi dengan format tertentu.

2. Menentukan tujuan observasi secara jelas dan terperinci. Tujuan mencakup : What, Who, Where, When dan How.

3. Menjabarkan tujuan tersebut secara terperinci dalam elemen-elemen yang akan diobservasi.

4. Menuangkan elemen-elemen tingkah laku tadi ke dalam lembar rekaman observasi dengan sistem pencatatan.

5. Bila hasil observasi akan menjadi kualitatif, tentukan terlebih dahulu kriteria skor, dan elemen-elemen tingkah laku untuk analisis.

6. Observasi dilakukan paling sedikit oleh 2 orang observer dengan catatan waktu, tanggal dan tempat kejadian observasi.

Terdapat tiga contoh instrumen observasi, yang pertama dan kedua menggunakan anecdotal record, sedangkan instrumen yang ketiga adalah bentuk bebas, tanpa menentukan terlebih dahulu aspek-aspek serta tingkah laku yang akan diamati.

Mata Pelajaran : Keterampilan

Topik : Membuat Kaligrafi dari kertas

Kelas :..................................................

Nama Siswa :..................................................

Hari/Tanggal :..................................................

Jam Pelajaran :..................................................

No.

Kegiatan/Aspek yang dinilai

Skor/Nilai

Ket.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Persiapan alat-alat dan bahan

Kombinasi bahan

Kombinasi warna

Cara mengerjakan

Sikap waktu mengerjakan

Ketepatan waktu mengerjakan

Kecekatan

Hasil pekerjaan

Jumlah skor

Pedoman Observasi

Nama Siswa : .............................................

Kelas : .............................................

No.

Kegiatan/Aspek yang dinilai

Tinggi

Sedang

Kurang

Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Memberikan Pendapat untuk memecahkan masalah

Memberikan Tanggapan terhadap pendapat orang lain

Mengerjakan tugas yang diberikan

Motivasi dalam mengerjakan tugas-tugas

Toleransi dan mau menerima pendapat siswa lain

Tanggung jawab sebagai anggota kelompok

Dan seterusnya

Jumlah Skor

Catatan tambahan dari observer :

1.

2.

3.

4.

(Lokasi dan waktu penelitian)

Observer

Model instrumen yang dikemukakan di bawah ini, dipergunakan pada observasi yang tanpa menentukan lebih dulu aspek-aspek atau kegiatan-kegiatan serta tingkah laku apa yang akan diamati. Jadi, observer melakukan pengamatan dan pencatatan tanpa dibatasi oleh kerangka kerja (frame work) yang pasti. Dengan demikian, menurut cara ini, observer dapat mencatat apa saja yang terjadi dalam kegiatan observasi tersebut. Dalam hal ini observer dapat memperoleh data yang luas dan bervariasi. Instrumen observasi yang umumnya dipergunakan dalam hubungannya dengan model yang kedua ini berupa skala sikap.

Nama Siswa :..........................................

Kelas :..........................................

No.

Kegiatan/Aspek yang dinilai

Sering

Kali

Kadang-kadang

Tidak Pernah

Ket.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Jumlah skor

(lokasi dan waktu penelitian)

observer

Ketiga model instrumen observasi yang dipaparkan di atas sangat diperlukan oleh guru-guru di sekolah, untuk memperoleh data tentang siswa, di mana data tersebut tidak mungkin dan sulit diperoleh dengan menggunakan teknik tes. Cara yang pertama dan kedua biasa digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan formal (formal studies), sedang cara yang ketiga baik untuk digunakan dalam situasi-situasi informal.

Pencatatan Data Observasi

Ketika observasi dipergunakan sebagai alat evaluasi dalam dunia pendidikan dan pengajaran, maka pencatatannya pada umumnya jauh lebih sukar dibanding dengan mencatat jawaban-jawaban peserta didik terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam suatu tes, atau ujian. Hal tersebut dikarenakan respon yang diperoleh dalam observasi adalah berupa tingkah laku.

Pencatatan terhadap tingkah laku bukanlah pekerjaan mudah, evaluator atau observer dituntut untuk dapat mencatatnya dengan cepat dan tepat. Pencatatan terhadap segala sesuatu yang disaksikan dalam observasi itu penting sekali karena hal itulah yang akan menjadi landasan untuk menilai makna yang terkandung di balik tingkah laku peserta didik tersebut. Adapun mengenai cara pencatatan observasi, umumnya menempuh dua cara. Pertama, unit-unit tingkah laku yang akan diamati dirumuskan dan ditentukan terlebih dahulu, dan catatan-catatan yang dibuat hanyalah yang bersangkutan dengan aspek-aspek yang telah ditentukan. Dengan kata lain, observasi dilakukan dengan berdasar pada kerangka kerja yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materinyapun telah ditetapkan dan dibatasi secara tegas, sehingga pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh evaluator dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik sifatnya selektif. Observasi yang dilakukan dengan menggunakan pencatatan seperti ini dikenal dengan istilah observasi sistematis. Faktor-faktor yang tidak terdapat dalam pedoman observasi tidak perlu diamati dan dicatat. Pedoman observasi biasanya berbentuk formulir atau blangko daftar isian yang tersusun, yang didalamnya tercantum gejala-gejala, aspek-aspek atau tingkah laku apa saja yang perlu diamati dan dicatat pada waktu berlangsungnya kegiatan peserta didik.

Kedua, observasi yang dilakukan tanpa menentukan lebih dulu aspek-aspek atau kegiatan-kegiatan serta tingkah laku apa yang akan diamati. Jadi, observer melakukan pengamatan dan pencatatan tanpa dibatasi oleh kerangka kerja (frame work) yang pasti. Dengan demikian, menurut cara ini, observer dapat mencatat apa saja yang terjadi dalam kegiatan observasi tersebut. Dalam hal ini observer dapat memperoleh data yang luas dan bervariasi. Instrumen observasi yang umumnya dipergunakan dalam hubungannya dengan model yang kedua ini berupa skala sikap.

Masih berkaitan dengan pencatatan kegiatan observasi, sekaligus untuk melengkapi penjelasan kedua cara di atas, dalam membuat catatan, observer atau evaluator harus dapat membedakan hal-hal yang benarbenar merupakan hasil observasi, dan hal-hal yang merupakan tafsiran atau kesan observer. Kedua hal tersebut jangan dicampuradukkan. Pencatatan harus dilakukan dengan cermat dan sistematis dengan kode tertentu untuk tiap topik, kategori dan variabel lalu disimpan terpisah dengan kategori lain, sehingga mempermudah pengolahannya.

2.7 Teknik Sampling dan Teknik Analisis Data dalam Penelitian Observasi

Dalam dunia evaluasi pendidikan dan pengajaran, ada satu hal penting yang harus diperhatikan, yaitu bahwa hasil yang didapat melalui kegiatan evaluasi tersebut harus sesuai dengan keadaan obyek yang sebenarnya. Suharsimi Arikunto dalam salah satu tulisannya mengibaratkan kegiatan evaluasi sebagai pekerjaan memotret. Hasil dari kegiatan memotret dikatakan baik jika sesuai dengan aslinya dan bukan lebih baik dari aslinya. Gambar pemotretan hasil evaluasi tersebut di dalam kegiatan evaluasi dikenal dengan data evaluasi. Data evaluasi yang baik yang sesuai dengan kenyataan disebut data valid.

Oleh karena itu, kegiatan observasi hendaknya dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap obyek yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Dengan demikian, suatu teknik evaluasi dikatakan memiliki validitas tinggi jika ia dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur.

Dan sebagaimana diketahui bahwa validitas merupakan salah satu syarat terpenting bagi suatu alat penilaian atau evaluasi. Tingkat validitas suatu teknik evaluasi sangat bergantung pada tujuan yang akan diukur atau dinilai. Suatu teknik evaluasi dapat mempunyai validitas yang berbeda-beda jika dipergunakan untuk mengukur tujuan kegiatan belajar yang berlainan.

Teknik observasi, validitasnya sangat tergantung pada kecakapan, pengertian, pengetahuan dan sifat-sifat pengamat itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menjaga tetap validnya observasi yang dilakukan, observer atau evaluator hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

⇒ Seharusnya pencatatan di dalam observasi dilakukan segera dan secepat mungkin, artinya peristiwa yang diamati jangan dibiarkan terlalu lama, sehingga bagian-bagian yang penting tidak terlupakan dan pencatatan dapat lebih objektif.

⇒ Observer atau evaluator harus selalu menyadari bahaya kesalahan interpretasi yang timbul karena kekacauan atau tidak dapat membedakan mana yang berupa gejala dan mana yang berupa sebab-sebab.

⇒ Generalisasi dari observasi baru dapat diterima atau dilakukan berdasarkan penelitian yang sangat hati-hati, dan berdasarkan sampel yang luas. Jika tidak demikian, generalisasi dapat merupakan suatu kesimpulan yang keliru dan tidak benar.

⇒ Signifikansi hasil observasi sangat tergantung pada kecakapan, pemahaman dan sifat- sifat pengamat sendiri.

2.8 Permasalahan yang dipecahkan melalui Penelitian Observasi

Contoh permasalahannya :

Di SMA N 1 Toboali, minat belajar siswa terkait pembelajaran biologi sangat rendah. Lalu beberapa orang observer ingin mengetahui penyebab rendahnya minat belajar mereka. Setelah melakukan serangkaian langkah-langkah observasi ditemukan fakta bahwa hal tersebut diakibatkan oleh metode atau cara pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangat monoton, kurang komunikatif dan lebih banyak memberikan tugas berupa soal-soal latihan namun tidak ada klarifikasi.

 

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan isi dari makalah ini yang membahas mengenai penelitian observasi dapat kita ketahui bahwa istilah observasi ini tidak terlepas dari adanya pengamatan terhadap subyek atau obyek yang akan di observasi. Pengamatan bukan hanya sekedar melihat akan tetapi disertai dengan proses analisis terhadap fenomena yang muncul dan sekaligus melakukan pencatatan-pencatatan sistematis terhadap subyek atau obyek yang diteliti dengan memperhatikan prinsip-prinsip observasi yang berlaku.

 

DAFTAR PUSTAKA

Mania, Sitti. 2008. Jurnal Observasi sebagai alat evaluasi dalam dunia pendidikan. Lentera Pendidikan.

Nasution. 2000. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.

Wrightsone et. Al. 1956. Evaluating in Modern Education. New York: American Book Company.

Depdiknas RI. 2008. Metode Pengamatan Ilmiah.(On Line). Tersedia di: http://www.referensimakalah.com/2012/08/pengertian-pengamatandalam-penelitian html).

Komentar

advertisement

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kurikulum Indonesia tahun 1952

ZonaSainsKita~ Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran.Karena itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai  Rencana Pelajaran Terurai 1952 . Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sudah digunakan pada masa tersebut. Lahirnya kurikulum 1952 tidak terlepas dari sejarah kelahiran Kurikulum 1947.Bahkan dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1947.Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai landasan operasionalnya.Hal ini terjadi sampai tahun 1949.Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-un

Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt

1.         Max Wertheimer (1880-1943) Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjad

Jenis-jenis Penelitian Pengembangan (Development Research)

Jenis-jenis penelitian yang utama pada penelitian pengembangan (Akker,1999): 1.      Penelitian formatif. Aktivitas penelitian ketika melakukan keseluruhanproses pengembangan suatu intervensi yang spesifik mulai daripenyelidikan belajar melalui evaluasi belajar (summatif dan formatif),mengoptimalisasi mutu intervensi pada pengujian prinsip-prinsiprancangan. 2.      Studi rekonstruksi. Analisis penelitian yang menyelenggarakan prosespengembangan beberapa intervensi, berfokus pada artikulasi danspesifikasi prinsip-prinsip rancangan. Komponen Utama Penelitian Pengembangan (DR) Menurut Tim Puslitjaknov (2008), metode penelitian pengembangan memuat 3  komponen utama yaitu: (1) Model pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk. Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut: Model Penelitian Pengembangan Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptua