Subali, Bambang (2010:42-43) mengemukakan bahwa berdasarkan skop Berdasarkan skop dan pihak yang terlibat, menurut Kemmis dan McTaggart 1997 () ada tiga macam PTK, yakni PTK yang dilakukan secara individual, PTK yang dilakukan secara kolaboratif, dan PTK yang dilakukan secara kelembagaan.
1. PTK yang Dilakukan Secara Individual
Dalam PTK yang dilakukan secara individual, guru/dosen sebagai peneliti sekaligus sebagai praktisi. Sebagai peneliti, guru/dosen harus mampu bekerja pada jalur penelitiannya, yakni jalur menuju perbaikan dengan langkah-langkah yang dapat dipertanggung jawabkan dalam arti guru harus menjamin kesahihan sehingga mendukung objektivitas penelitian yang dilakukan. Dalam PTK yang dilakukan secara individual harus didukung oleh critical friend yang tepat. Critical friend saat membantu saat peneliti melakukan refleksi dan sebagai observer saat peneliti melakukan praktik pembelajaran sebagai praktisi. Bila tanpa critical friend ada yang mempertanyakan objektivitas penelitiannya.
2. PTK yang Dilakukan Secara Kolaboratif
PTK dalam bentuk kolaboratif/kelompok melibatkan sekelompok guru/dosen, sehingga ada guru/dosen sebagai peneliti dan guru/dosen sebagai praktisi. Dapat pula kolaborasi dilakukan antara guru dengan dosen. Dalam kolaborasi antara guru dan dosen, permasalahan digali bersama dilapangan, dan dosen dapat sebagai inisiator untuk menawarkan pemecahan atas dasar topik area yang dipilih. Dalam hal ini validitas penelitian lebih terjamin karena ada posisi sebagai peneliti dan posisi sebagai praktisi.
3. Penelitian yang Dilakukan Secara Kelembagaan
Berbeda dengan PTK yang dilakukan secara perorangan atau PTK yang dilakukan secara kolaboratif/kelompok memiliki skop terbatas atau berfokus pada topik area yang sempit, misalnya berfokus pada hubungan antara proses pembelajaran dan hasil yang ingin dicapai. PTK yang dilakukan secara kelembagaan memiliki skop penelitian yang lebih luas dan ditujukan untuk perbaikan lembaga. Dengan demikian dalam satu penelitian dapat ditetapkan beberapa topik area. Dalam PTK yang dilakukan secara kelembagaan pun melibatkan kolaborasi dapat dibangun secara luas dengan melibatkan banyak pihak yang terkait. Untuk sekolah, dapat melibatkan siswa, guru, karyawan, orang tua, kepala sekolah, dinas, dan dosen perguruan tinggi. Untuk perguruan tinggi dapat melibatkan siswa, dosen, karyawan, pihak pengguna, dan stakeholder ataupun yang lainnya. Karena tujuan utama PTK ini adalah untuk memajukan lembaga, maka dapat dibuat kelompok-kelompok peneliti menurut topik-yopik area yang relevan dengan kelompok yang bersangkutan. Menurut Kemmis dan McTaggart (1997) dalam PTK bentuk ini kelompok-kelompok kecil yang ada di dalamnya dapat melakukan kegiatan eksperimen untuk menguji beberapa inovasi untuk permasalahan yang ada.
A. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Daryanto (2011:21-22) Siklus /daur dalam PTK meliputi 4 tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflekting).
PERENCANAAN |
PENGAMATAN |
REFLEKSI |
PELAKSANAAN |
Gambar tahap-tahap dalam PTK
Keempat tahap ini merupakan suatu siklus atau daur, sehingga setiap tahap akan selalu berulang kembali. Hasil siklus sebelumnya yang telah dilakukan akan digunakan untuk merevisi rencana atau menyusun perencanaan berikutnya, jika tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki proses pembelajaran atau belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru. Namun, tahapan tersebut selalu didahului oleh suatu tahapan pra PTK yaitu identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan hipotesis tindakan.
Menurut Bambang Subali (2010:43) ada beberapa model pentahapan dalam PTK yang dapat diadopsi diantaranya :
1. Tahapan menurut Mc Taggart (1991) dan Kemmis dan Taggart (1997) bahwa PTK dilakukan siklus demi siklus, sebelum memulai dengan siklus pertama diawali dengan :
a. Refleksi awal untuk melakukan penyelidikan dalam upaya menetapkan topik area (thematic concern)
b. Perencannan secara keseluruhan
c. Implementasi tindakan dan observasi
d. Refleksi
2. Menurut McKernan (Hopkins,1993) PTK dilakukan siklus demi siklus dan dimulai denga tahapan siklus pertama yang diawali dengan
a. Menetapkan permasalahan
b. Need assesment untuk mencari akar masalah
c. Perumusan gagasan hipotesis
d. Implementasi tindakan
e. Evaluasi tindakan
f. Pengambilan keputusan
3. Dewa Komang Tata dkk. (2006) memasukkan unsur evaluasi sebalum refleksi dalam setiap siklusnya.
a. Perencanaan tindakan
b. Implementasi/ pelaksanaan tindakan
c. Evaluasi
d. Refleksi
REFLEKSI Tinjauan Ulang Program |
PERENCANAAN |
REFLEKSI Tinjauan Ulang Program |
Implementasi Tindakan |
Evaluasi tindakan |
PERENCANAAN |
IMPLEMENTASI RENCANA |
Evaluasi Tindakan |
SIKLUS I SIKLUS II
Dari model-model PTK ini menurut Bambang Subali (2010:46) bahwa tahapan PTK diawali dengan :
1. Tahapan Memprakarsai Tindakan
Tahapan ini adalah tahapan yang didalamnya adanya kegiatan refleksi awal, penyidikan sampai dengan penentuan gagasan awal/topik area/fokus penelitian/bidang kajian, pengembangan kolaborasi, dan tahapan perencanaan. Tahapan memprakarsai tindakan diawali dengan tahapan analisis situasi dengan melakukan refleksi awal (initial reflection) terhadap apa yang terjadi di dalam kelas dilanjutkan dengan tahapan penyidikan (reconnaissance). Agar dapat melakukan refleksi awal dilakukan pengumpulan fakta (fact finding) berdasar data yang ada baik berupa jurnal/catatan guru ataupun hasil pengamatan teman sejawat/pengawas (terhadap berbagai hal yang muncul di kelas), memberikan angket kepada siswa (tentang sikap, minat, motivasi, dll), wawancara (tentang kesiapan, hal-hal yang sukar dimengerti, dll.), dokumen (tentang prestasi hasil studi, penyimpangan, dll.). Data awal dijadikan pijakan untuk menemukan masalah yakni dengan mempertanyakan apakah keadaan/situasi yang ada sudah sesuai harapan/hakekat/tujuan dari pembelajaran yang dilakukan. Dengan kata lain peneliti harus melakukan penyidikan (reconnaissance) agar dapat menemukenali/ mengindentifikasi masalah yang akan dapat diteliti. Dengan demikian, problem yang akan diselesaikan melalui PTK benar-benar problem yang di gali (problem-posing).
Setelah ditetapkan gagasan umum/gagasan awal/topik area/lingkup permasalahan/topik kajian, maka dilakukan penyiapan tim yang akan diajak berkolaborasi, dan penyusunan perencanaan umum/rencana keseluruhan yang memuat tahapan/step tindakan yang akan dilakukan. Pertanyaan mendasar yang berkait dengan perencanaan adalah ”apa masalahnya, apa yang dapat dilakukan, bagaimana melakukannya, dengan siapa akan dilakukan, kapan dan dimana akan dilakukan agar dapat terjadi perubahan yang diinginkan”. Agar ada kejelasan pencapain hasil dari implementasi perencanaan yang disusun, perlu adanya rumusan indikator keberhasilan sesuai dengan permasalahan penelitiannya. Setiap indikator harus di dukung data yang relevan. Oleh karena itu saat perencanaan disusun, pengembangan instrumen penelitiannya harus mengacu pada indikator keberhasilan. Contoh indikator keberhasilan untuk penelitian tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran, sebagai berikut :
Indikator keberhasialan
Tujuan | Teknik Pengambilan data | Contoh instrumen penelitian |
Mengukur pengetahuan/ketrampilan | Tes | · Tes berbentuk pilihan ganda · Tes berbentuk uraian/essay · Lembar kerja siswa · Lembar tugas siswa |
Mengetahui pendapat | Angket/ kuisioner Wawancara | · Lembar angket/kuisioner · Pedoman wawancara |
Menilai peforma kinerja | Obsevasi | · Lembar observasi/pengamatan · Unjuk kerja · Catatan lapangan |
Dalam merumuskan masalah hendaknya dikemukakan :
1. Apa yang dipermasalahkan (what)
2. Siapa saja yang terlibat dalam masalah (who)
3. Di manakah tempat terjadinya masalah (where)
4. Sejak kapan masalah tersebut terjadi (when)
5. Bagaimana atau seberapa besar kesenjangannya (how/how much)
Setelah perumusan masalah dilanjutkan mencari alternative pemecahan masalah yang sesuai dengan penelitian. Altternatif pemecahan masalah dipilih yang sekiranya paling mungkin dapat dilaksanakan, berdasarkan pertimbangan kemempuan praktisi, waktu yang tersedia, sarana dan prasarana pendukung, dan factor-faktor lainnya. Alternative pemecahan masalah bukan bersifat coba-coba melainkan perlu adanya dukungan pustaka, lebih-lebih diperkuat dukungan dari penelitian lain yang pernah dilakukan. Dengan demikian, peneliti dapat membuat perencanaan secara keseluruhan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Perencanaan secara keseluruhan (overall plan) dapat di susun atas beberapa siklus dan setiap siklus juga dapat di susun atas beberapa step.
2. Tahapan mengimplementasikan tindakan yang disertai dengan observasi, monitoring, dan pembenahan.
Implementasi/pelaksanaan tindakan merupakan suatu aktivitas untuk memperbaiki situasi yang dihadapi dengan melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan apa yang sudah direncanakan dalam perencanaan secara keseluruhan. Dalam mengimplemntasikan tindakan peneliti akan menerapkan step demi step dari rencana yang sudah disusunnya. Selama implementasi/pelaksanaan tindakan harus dilakukan monitoring dengan jalan dilakukan observasi. Menurut Daryanto (2011: 27) tahap pengamatan/observasi ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Tujuan observasi adalah untuk menghimpun data sebagai dasar untuk menetapkan apakah rencana yang disusun sudah dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan sehingga perbaikan yang diharapkan dapat dicapai. Oleh karena itu, pelaksanaan tindakan dan kegiatan observasi merupakan aktivitas yang harus dilakukan secara bersama-sama. Agar dapat diperoleh data yang dibutuhkan maka perlu dirancang apa saja macam data yang dibutuhkan, siapa yang menjadi sumber datanya, apa saja instrumen yang dipakai untuk menghimpun data. Data yang dihimpun dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data dapat berupa siswa, guru, karyawan, orang tua, dan berbagai dokumen yang relevan. Teknik pengumpulan data dapat berupa tes (untuk mengukur potensi, prestasi), wawancara, pemberian kuesioner/angket, pengamatan (terhadap aktivitas), cacatan baik berupa jurnal harian atau catatan harian yang dibuat baik oleh praktisi maupun observer, perekaman, pemotretan, dll. Agar data yang dihimpun dapat dipercaya maka persyaratan kesahihan dan keandalan instrumen pengumpul data juga harus diperhatikan.
Data hasil observasi menjadi pijakan dalam melakukan refleksi. Dalam kegiatan refleksi peneliti akan melihat kembali hal-hal sebagai berikut :
1. Implementasi step demi step dari tindakan yang direncanakan dan efek/dampak yang terjadi di kelas masih berada di koridor yang digariskan.
2. Apakah dari bagian tindakan ada yang tidak mendukung perubahan yang diharapkan
3. Apakah ada hal-hal yang muncul yang tidak dapat diantisipasi sesuai yang dengan apa yang direncanakan.
Atas dasar hasil refleksi peneliti akan memutuskan apakah pada siklus berikutnya perlu adanya pembenahan/revisi atas perencaan yang telah disusun. Jika tidak ada revisi maka dapat diulang tindakannya pada siklus berikutnya. Jika ada revisi maka peneliti akan melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya atas dasar revisi/perbaikan yang dilakukan. Oleh karena itu menjadi pertanyaan yang mendasar bila suatu PTK hanya dilakukan dengan sekali siklus. Ada yang memasukkan tahapan refleksi sebagai bagian dari kegiatan evaluasi. Hal ini dapat diterima sepanjang evaluasi dalam konteks untuk melihat keberhasilan program dari suatu siklus karena dalam setiap siklus terdiri atas program-iplementasi-hasil program. Sebelum melakukan refleksi, dapat saja peneliti melakukan evaluasi dari suatu siklus yang telah dilalui, sehingga ia tahu seberapa jauh keberhasilan dari program yang telah disiapkan dalam siklus yang bersangkutan. Dengan demikian refleksi didasarkan atas hasil evaluasi yang dilakukan untuk menyiapkan perencanaan lebih lanjut pada siklus berikutnya.
3. Tahapan evaluasi terhadap hasil yang diperoleh.
Kegiatan evaluasi tindakan adalah kegiatan untuk mencermati hasil keseluruhan dari siklus-siklus yang sudah dilakukan selama berlangsungnya PTK. Evaluasi ini dipaparkan dalam bentuk pembahasan yang diakhiri dengan penyimpulan dan saran/rekomendasi. Dalam melakukan pembahasan, penyimpulan dan pembuatan rekomendasi peneliti bersama kolaborator (atau bersama critical friend pada PTK yang dilakukan secara perorangan) mencoba untuk melihat kembali hal-hal berikut seperti: (a) apakah siklus demi siklus sudah dilakukan menunjukkan hasil sesuai harapan, (b) apakah interpretasi terhadap data dari siklus demi siklus sudah benar, (c) apakah hasil yang diharapkan sudah sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan, (d) apakah ada keterbatasan dari penelitian yang sudah dilakukan, (e) apa yang dapat dilakukan untuk penelitian berikutnya, (e) siapa saja yang diajak untuk berkolaborasi pada penelitian berikutnya.
Kegiatan PTK bukan untuk menarik generalisasi, namun untuk melakukan perbaikan atas masalah yang dihadapi, sehingga sifatnya spesifik. Oleh karena itu dalam melakukan interpretasi terlebih dahulu dilakukan analisis data. Pengolahan data kuantitatif dilakukan secara deskriptif dengan mencari nilai pemusatan, nilai penyimpangan ataupun dalam bentuk tabel kontingensi untuk melihat pola hubungan antar variabel. Dengan adanya ketepatan interpretasi dan penyimpulan sangat dimungkinkan apa yang telah diperoleh dalam suatu PTK dapat diadopsi oleh peneliti lain pada keadaan kelas yang menghadapi permasalahan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.
Jaedun Amat. 2008. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan. Makalah Pelatihan PTK Bagi Guru Di Propinsi DIY. Lembaga Penelitian UNY. 2008.
Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Subali Bambang. 2010. “Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi”. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/metode%20penelitian%20biologi-pertama_0.pdf Diakses tanggal 15 september 2014
Sukanti. 2008. Meningkatkan Kompetensi Guru Melalui Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol. VI. No. 1. Tahun 2008.
Suwandi Sarwiji. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka
Widayati Ani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol. VI. No. 1. Tahun 2008.
Komentar
Posting Komentar