Langsung ke konten utama

Desain Penelitian Expost Facto

 

1. Desain umum penelitian e post facto

Menurut Gay (Emzir, 2013:127) desain dasar penelitian kausal komperatif adalah sangat sederhana dan walaupun variabel bebas tidak dimanipulasi, ada prosedur kontrol yang dapat diterapkan. Dalam kaitannya denga desain penelitian, peneliti dapat memilih dua versi desain yang dapat dilihat pada gambar berikut:

Kasus

Grup

Variabel bebas

Variabel terikat

A

(E)

(X)

O

(K)

-

O

Kasus

Grup

Variabel bebas

Variabel terikat

B

(E)

(X1)

O

(K)

(X2)

O

Keterangan:

(E) = kelompok ekshibit, ( ) menunjukkan tidak ada manipulasi

(K) = kelompok kontrol

(X) = variabel bebas

(O) = variabel terikat

 

Blue Group, Diana Ong

Pada kasus A grup eksperimen menerima perlakuan sedangkan grup kontrol tidak. Kemudian pada akhir penelitian kedua grup variabel terikat diukur. Dan kemudian peneliti menguji apakah ada perbedaan atau ada hubungan yang signifikan pada kedua grup tersebut.

Pada grup B dua grup telah dibedakan sejak awal, misalnya sebagai contok anak cerdas dan anak lambat, semuanya diberikan perlakuan dan pada akhir penelitian kedua grup diukur untuk mendapatkan hasil akhir yang kemudian akan diuji beda atau dihubungkan apakah ada perbedaan signifikan.

Penentuan dan pemilihan kelompok pembanding adalah bagian yang sangat penting dari prosedur expost facto. Karakteristik pengalaman yang berbeda dari kedua kelompok harus diidentifikasikan secara jelas dan operasional, sebagaimana setiap kelompok mewakili kelompok yang berbeda. Cara bagaimana kedua kelompok didefinisikan akan mempengaruhi generalisasi hasi penelitian.

2. Prosedur Kontrol

Menurut Gay kekurangan randomisasi, manipulasi, dan kontrol yang menjadi karakteristik dari studi eksperimental merupakan kelemahan dalam penelitian expost facto (Emzir, 2013: 129). Randomisasi subjek untuk kelompok, sebagai contoh, mungkin cara satu-satunya untuk mencoba menjamin kesamaan kelompok. Hal itu tidak dapat dilakukan dalam penelitian expost facto karena kelompok telah ada sebelumnya., dan selanjutnya ‘perlakuan’, atau variabel bebas telah diterima/terjadi. Adapun prosedur kontrol menurut Emzir (2013: 130-132) adalah:

1) Pemadanan (Matching)

Jika seorang peneliti telah mengidentifikasi suatu variabel selian variabel bebas (kemudian disebut variabel kontrol/ekstra) yang dipercaya akan berhubungan dengan performansi pada pada variabel terikat, maka dia dapat mengontrol variabel tersebut dengan cara pemadanan dari subjek. Dengan kata lain, untuk setiap subjek dalam satu kelompok, peneliti harus menemukan satu subjek dalam kelompok kedua dengan skor yang sama pada variabel kontrol. Jika sebuah subjek dari kelompok satu tidak memiliki pasangan pada kelompok kedua, maka subjek tersebut dieliminasi dari penelitian.

2) Perbandingan kelompok homogen atau subkelompok

Cara lain untuk mengontrol variabel ekstra, dengan membandingkan kelompok yang homogeny mengenai variabel tersebut. Contoh: jika IQ telah diidentifikasi sebagai variabel ekstra, peneliti membatasi kelompok yang hanya berisi subjek dengan IQ antara 85 dan 115

Cara yang lain adalah dengan membentuk subkelompok di dalam setiap kelompok yang mewakiliki semua tingkatan dari variabel kontrol. Sebagai contoh, setiap kelompok dapat dipecah ke dalam subkelompok IQ, tinggi (diatas 116), rata-rata (85-115), dan rendah (84 ke bawah). Subkelompok perbandingan dalam setiap kelompok dapat dibandingkan, sebagai contoh, IQ tinggi dengan IQ tinggi, dst.

3) Analisis kovarian

Analisi kovarian adalah suatu metode statistik untuk menyamakan kelompok yang dibentuk secara random pada satu atau lebih variabel kontrol. Dalam arti, analisis kovarian mengatur skor pada suatu variabel terkat untuk perbedaan awal pada beberapa variabel lain.

3. Macam-macam desain penelitian expost facto

Menurut Bambang Subali (2010:19-21) penelitian expost facto berdasarkan caranya untuk mencari hubungan sebab akibat terhadap suatu peristiwa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu desain retrospective studies, prospective studies, Longitudinal Studies, Case Control Studies. Adapun masing-masing desain dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Desain retrospective Studies

Dalam desain retrospective studies, peneliti dapat melakukan penelitian untuk mencari hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa, baik bertolak dengan melihat penyebab kemudian menelusuri akibatnya atau bertolak dengan melihat akibat untuk ditelusuri apa yang menjadi penyebabnya (retrospective= tinjauan ke belakang). Desain retrospective studies dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Cohort studies

Pada retrospective cohort studies hanya ada satu variabel bebas dan banyak variabel terikat yang diteliti.

Contoh kasus : penelitian tentang akibat merokok, maka merokok adalah satu variabel bebas, sedangkan akibat yang ditimbulkan yang berupa penyakit yang bisa jadi lebih dari satu adalah variabel-variabel terikatnya.

b. Case-conrol studies

Pada retrospective case-conrol studies umumnya ada banyak variabel bebas dengan hanya satu variabel tergayut yang diteliti.

Contoh : penelitian tentang anak yang kidal (seorang anak yang lebih banyak menggunakan tangan kiri dalam beraktivitas), maka anak kidal adalah sebuah variabel terikat, sedangkan penelitian tersebut berusaha mengungkap apa saja yang menyebabkan anak berlaku kidal, sebab-sebab tersebut dikategorikan sebagai variabel bebas.

Dalam retrospective studies subjek penelitian dibedakan berdasarkan variabel terikatnya jika diteliti melalui case-control studies. Dapat pula subjek penelitian dibedakan berdasarkan variabel bebasnya kemudian diteliti faktor-faktor yang menjadi penyebab secara historis sehingga mereka berada pada kondisi yang sekarang (Subali, 2010: 21).

2) Desain prospective Studies

Dalam desain prospective Studies, peneliti bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi kedepan (mencari akibat yang ditimbulkan) setelah sekelompok subjek terpapar oleh suatu keadaan tertentu. Penelitian ini juga disebut sebagai follow-up studies atau longitudinal studies, atau cohort studies yang biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, bahkan bertahun-tahun untuk menyimpulkan suatu hubungan kausalitas.

Dalam prospective studies, subjek penelitian diinisiasi/ditetapkan sejak penelitian dilakukan dan dibedakan berdasarkan variabel bebasnya. Kemudian setelah melewati beberapa rentang waktu dilihat keadaan pada variabel terikatnya.

Contoh : Penelitian untuk mengetahui akibat budaya mengonsumsi kopi yang berkaitan dengan tekanan darah seseorang, maka diawal penelitian peneliti telah menentukan siapa saja subjek penelitianya, yang dibedakan mejadi kelompok terpapar dengan kelompok control (tidak terpapar). Meskipun demikian peneliti tidak melakukan intervensi terhadap subjek penelitian, karena penelitia hanya mencari subjek yang memiliki budaya alami dalam konsumsi kopi.

3) Longitudinal Studies

Pada penelitian tentang penyakit kardiovaskuler di atas, peneliti butuh waktu 30 tahun untuk dapat mengungkap bahwa penyakit kardiovaskuler dapat terjadi bukan karena akibat penyakit arterosklerosis, melainkan karena erat kaitannya dengan hipertensi, naiknya derajat kolesterol dalam serum, dan akibat perilaku merokok. Jadi kendalanya tentu sayj besarnya biaya yang dan waktu yang harus digunakan untuk penelitian tersebut.

4) Cross-sectional Studies

Melalui cohort study peneliti dapat membandingkan dua atau lebih kelompok cohort (kelompok yang terpapar dengan kondisi-kondisi yang berlain-lainan). Dengan demikian peneiti dapat membandingkan dua atau lebih kelompok subjek yang diteliti akibat untuk menggali ada tidaknya perbedaan yang muncul kemudian.

Komentar

Posting Komentar

advertisement

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kurikulum Indonesia tahun 1952

ZonaSainsKita~ Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran.Karena itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai  Rencana Pelajaran Terurai 1952 . Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sudah digunakan pada masa tersebut. Lahirnya kurikulum 1952 tidak terlepas dari sejarah kelahiran Kurikulum 1947.Bahkan dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1947.Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai landasan operasionalnya.Hal ini terjadi sampai tahun 1949.Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-un

Sejarah Kurikulum Indonesia: Rencana Pendidikan 1964

Landasan pengembangan Kurikulum 1964 Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968/ 19 69. Struktur dan materi kurikulum pada periode tersebut di SD dan SMP tidak banyak mengalami perubahan kecuali pada kurikulum mata pelajaran Kewarganegaraan dan Sejarah yang diperbaharui karena perubahan politik, seperti masuknya Manipol Usdek dalam kurikulum 1964. Sebagai bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan dan diubahnya materi Pendidikan Kewarganegaraan pada er a Orde Baru ( Kurikulum 1968 ) menjadi Pendidikan Moral Pancasila. Pada kurikulum 1968/1969 di tingkat SMA terjadi perubahan penjurusan dan struktur kurikulum antara tahun 1950, 1964 dan 1968/1968 . Pada sekitar tahun 1963, terjadi revolusi di segala bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusunlah Rencana Pendidikan yang dimaksudkan dalam rangka pembinaan bangsa. Latar belakang dan dasar pemikiran penyusunan Rencana Pendidikan ini adalah agar bangsa yang

Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt

1.         Max Wertheimer (1880-1943) Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjad