Langsung ke konten utama

Langkah-langkah Penelitian Expost Facto

Langkah-langkah penelitian expost facto menurut Sukardi (2013: 174) adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode expost facto

b. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas

c. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian

d. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian

e. Menentukan kerangka berpikir, pertanyaan penelitian dan menentukan hipotesis penelitian

f. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrument pengumpulan data, dan menganalisis data

g. Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan

h. Membuat laporan penelitian (termasuk didalamnya membuat kesimpulan)

 

Land of the Midnight Sun, Diana Ong, 1980

F. Teknik Sampling

Dalam pengambilam sampel untuk penelitian expost facto, peneliti terlebih dahulu membuat batasan secara jelas populasi dari penelitianya. Menurut Emzir (2013: 129) jika sampel dipilih dari populasi yang telah didefinisikan, pemilihan secara acak umumnya metode pemilihan yang disukai. Pemilihan sampel secara acak atau random sampling dilakukan ketika populasi dari subjek penelitian jumlahnya relatif banyak. Namun, jika subjek penelitian memiliki jumlah yang relatif sedikit atau sulit diprediksi jumlahnya, maka peneliti dapat menggunakan teknik sampling tidak acak, misalnya pengambilan sampel dengan teknik kuota sampling atau purposive sampling.

Pertimbangan yang penting dalam pemilihan sampel adalah keterwakilan dari masing-masing populasi dan sama mengenai variabel ekstra yang lain dari variabel bebas. Untuk menentukan kesamaan dari kelompok-kelompok, informasi pada sejumlah latar belakang dan keadaan variabel yang sedang berlaku dapat dikumpulkan. Dalam hal ini prosedur kontrol sebagaimana dijelaskan pada poin sebelumnya dapat dilakukan untuk meningkatkan kesamaan atau untuk memperbaiki kesamaaann subjek penelitian yang teridentifikasi.

Adapun teknik pengambilan sampel pada suatu penelitian dengan beberapa teknik sampling menurut Subali (2010:8-15)

1. Teknik tidak acak (non-random sampling)

Teknik non-random adalah teknik pengambilan sampel yang tidak mendasarkan diri pada prinsip peluang. Ada dua prosedur teknik non-random, yakni berikut ini.

1) Pengambilan sampel menurut kuota (quota sampling)

Pengambilan sampel menurut kuota (quota sampling) merupakan prosedur untuk memperoleh sampel dari populasi asal sudah memenuhi jumlah tertentu yang kita inginkan. Oleh karena dalam pelaksanaannya tanpa pertimbangan apa pun maka dikatakan pula sebagai

teknik pengambilan sampel seadanya. Penelitian dengan teknik “quota sampling” biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi lapangan guna mengungkap apakah yang menjadi permasalahan penelitian benar-benar tampak fenomenanya.

2) Pengambilan sampel dengan pertimbangan (purposive sampling)

Pengambilan sampel dengan pertimbangan (purposive sampling) merupakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu setelah mengetahui karakteristik populasinya.

2. Pengambilan sampel secara acak (random sampling)

Pengambilan sampel secara acak (random sampling) mendasarkan diri pada prinsip peluang. Artinya, setiap “individu” anggota populasi yang diteliti harus memiliki peluang yang sama untuk dapat dijadikan sampel. Oleh karena itu, teknik random sampling juga disebut teknik probability sampling. Agar setiap individu anggota populasi berkesempatan untuk terpilih menjadi sampel dilakukan pengacakan atau perandoman yang dilakukan dengan cara diundi. Dengan cara demikian, sampel yang tercuplik benar-benar dapat mewakili populasinya.

1) Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling)

Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) diterapkan jika populasi penelitian benar-benar homogen. Untuk keperluan tersebut, peneliti harus menyiapkan kerangka sampling/kerangka pencuplikan (frame-sampling), yang tidak lain berupa populasi yang akan diambil sampelnya. Agar dapat menentukan kerangka sampling/kerangka pencuplikan, peneliti harus memiliki informasi berapa jumlah “individu” yang menjadi anggota populasinya. Dengan demikian, populasinya benar-benar terbatas atau berhingga jumlahnya. Setelah seluruh anggota populasi dicatat nomornya, kemudian dilakukan pengundian untuk memilih nomor-nomor anggota untuk diambil sebagai sampel. yang penting untuk diperhatikan bahwa dalam melakukan undian benar-benar tidak ada unsur memihak. Jadi, benar-benar dipilih secara acak atau random.

2) Pengambilan sampel sistematik (systematic sampling)

Pengambilan sampel sistematik (systematic sampling) dapat dilakukan jika populasinya juga benar-benar homogen dan tersebar secara teratur. Dalam hal ini, pengundian hanya dilakukan untuk memilih nomor sampel yang pertama. Jika nomor sampel pertamanya sudah terpilih maka pengambilan nomor sampel kedua dan seterusnya didasarkan pada selang nomor yang konstan.

3) Pengambilan Sampel Acak Berlapis (Stratified Random Sampling)

Pengambilan sampel acak berlapis (stratified random sampling atau disingkat stratified sampling) dilakukan jika kita sudah mengetahui populasi tidak homogen. Oleh karena tidak homogen, populasi yang akan diteliti dikelompok-kelompokkan menjadi beberapa kelompok (strata) sehingga terjadi homogenitas pada masing-masing kelompok.

4) Pengambilan sampel acak gugus (cluster sampling)

Pengambilan sampel acak gugus atau pengambilan sampel acak gerombol (cluster sampling) dilakukan jika populasi berada dalam suatu satuan tertentu yang terdiri dari gugusgugus (cluster). Oleh karena unit sampelnya berupa satuan gugus maka seluruh individu yang terdapat dalam suatu gugus akan menjadi sampel penelitian jika gugus yang bersangkutan terundi sebagai sampel.

Pembagian populasi ke dalam gugus dapat berdasarkan wilayah, dapat pula berdasar pemilikan, dasar lain dengan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pembagian ke dalam gugus hanya untuk memudahkan teknik pengacakan. Oleh karena itu, populasi diasumsikan benar-benar homogen.

G. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, maka perlu dilakukan analisis terhadap data tersebut untuk mengetahui pola hubungan yang terjadi pada variabel-variabel yang ada. Penelitian expost facto menurut Subali (2010:22), sepanjang peneliti berusaha untuk menyelidiki adanya perbedaan yang muncul akibat dari suatu perlakuan yang pernah terjadi, maka peneliti dapat memilih uji perbedaan dari bergai uji perbedaan yang tersedia. Uji beda parametrik atau nonparametrik dapat dipilih sesuai dengan persyaratan keparametrikan yang terpenuhi. Adapun beberapa hal yang harus diketahui tentang uji parametrik dan non parametrik.

1. Statistik Parametrik

Statistik parametrik ilmu statistik yang digunakan untuk data-data yang memiliki sebaran normal. Jika data tidak menyebar normal maka metode statistik nonparametrik dapat digunakan. Contoh metode statistik parametrik diantaranya adalah uji-z (1 atau 2 sampel), uji-t (1 atau 2 sampel), korelasi pearson, perancang percobaan (2-way ANOVA), dan lain-lain.

2. Statistik Non Parametrik

Sugiyono (2008:208-209) statistik nonparametrik adalah statistik yang tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji distribusi. Statistik nonparamertik tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis berdistribusi tidak normal. Statistik nonparemetris sering disebut dengan “distribution free” (bebas distribusi). Statistik nonparametrik dapat digunakan pada data yang memiliki sebaran normal atau tidak. Statistik nonparametrik biasanya digunakan untuk melakukan analisis pada data nominal atau ordinal. Contoh metode statistik nonparametrik diantaranya adalah Chi-square test, Median test, Friedman test, dan lain-lain.

Kemudian untuk melihat pola hubungan yang ada, maka dapat dilakukan analisis regresi. Jika penelitian terdiri dari beberapa variabel bebas dan satu variabel terikat, maka digunakan analisis regresi ganda. Namun, jika pada penelitian terdiri dari satu variabel bebas dan beberapa variabel terikat, maka dapat dilakukan analisis multivariate.

I. Contoh Permasalahan Untuk Penelitian Ex Post Facto

1. Judul

Keterkaitan Antara Persepsi Mahasiswa Tentang Pelaksanaan Perkuliahan E Learning Dengan Kemampuan Yang Diperoleh Pada Mata Kuliah E Learning ( Studi Ex-Post Facto Terhadap Mahasiswa Proggram Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Pendidikan Guru TIK) Oleh Litta Koesoemah Agustiani

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan konsentrasi guru TIK dengan jumlah 30 orang.

3. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik sampling nonprobability sampling dengan sampling kuota (quota sampling). Peneliti menggunakan sampling ini karena jumlah yang diteliti ini terbatas yaitu berjumlah 30 orang.

Menurut Subali (2010:8) Pengambilan sampel menurut kuota (quota sampling) merupakan prosedur untuk memperoleh sampel dari populasi asal sudah memenuhi jumlah tertentu yang kita inginkan. Hal ini sesuai karena dalam pelaksanaannya penelitian tersebut dilakukan dengan penarikan sampel dari populasi dengan seadanya tidak dimanipulasi.

4. Desain Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 variabel dengan 1 variabel bebas (X) dan 2 variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) yang dilakukan dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa tentang perkuliahan menggunakan e learning (X). Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan teori mata kuliah e learning (Y1) dan kemampuan praktek pada mata kuliah e learning (Y2).

5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai dalm penelitan ini adalah dengan menggunakan metode penelitian expost facto dengan pendekatan kuantitatif yakni mendeskripsikan dengan keterkaitan mahasiswa tentang pelaksanaan perkuliahan e learning dengan kemampuan yang diperoleh dari mata kuliah e learning dilihat dari kemapuan teori dan praktek.

Menurut istilah expost facto adalah sesudah fakta. Artinya penelitian yang dilakukan setelah kejadian itu terjadi. Jenis expos facto yang digunakan dalam penelitian ini adalah restropectrive studies karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali suatu kejadian dan merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya suatu kejadian.

Menurut kami juga termasuk jenis restropectrive studies, hal ini sesuai dengan pengertiannya sendiri. Menurut Subali (2010: ) jenis penelitian restropectrive studies adalah merupakan studi expos facto yang fokusnya untuk meneliti sesuatu yang menjadi penyebab sehigga terjadi fakta yang ditemukan sekarang.

Adapun langkah-langkah penelitian expost facto menurut yaitu:

a. Mengidentifikasi adanya permaslaahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode penelitian expost facto

b. Membatasi dan merumuskan masalah dengan jelas

c. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian

d. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian

e. Menentukan kerangka berpikir, pertanyaan penelitian, dan hipotesis penelitian

f. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal menentukan posisi, sampel, teknik sampling, instrumen pengumpulan data dan tmenganalisis data

g. Mengumpulkan, mengorganisasi dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statiska yang relevan

h. Melaporkan data

6. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket disini berisikan pertanyaan tertulis yang akan diberikan kepada responden. Dimana angket yang berisi pertanyaan tersebut diberikan kepada mahasiswa tentang pelaksanaan kuliah dengan e learning dengan kemampuan yang diperoleh pada mata kuliah e learning.

Angket digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai masalah fokus penelitian ini. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket berstuktur dengan bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang menyediakan beberapa pertanyaan dimana setiap pertanyaan sudah tersedia berbagai alternative jawaban. Ridwan (2012:72) menjelaskan angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang “X” atau cheklist (√).

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert dengan rentang skala adalah 5 seperti berikut:

Pernyataan

Sangat setuju

setuju

Ragu

Tidak setuju

Sangat Tidak Setuju

Positif

5

4

3

2

1

Negatif

1

2

3

4

5

Langkah-langkah dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

a. Menyusun kisi-kisis angket dengan merumuskan indikator pertanyaan.

b. Menyusun pernyataan dalam bentuk pertanyaan berstruktur dan jawaban tertutup

c. Membuat pedoman atau petunjuk cara pengisisan angket, agar memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan

d. Jika angket sudah tersusun dengan baik, dilakukan uji coba lapangan agar dapat diketahui kelemahannya

e. Angket yang telah diuji cobakan dan terdapat kelemahan maka akan direvisi, baik dari segi bahan atau pertanyaannya. Dihapus atau tidak dipakai apabila pertanyaan lain masih dapat diwakili indikator yang ada.

f. Menggandakan angket sesuai dengan jumlah responden.

7. Teknik Uji Instrumen

Penelitian ini menggunakan teknik uji instrumen yaitu uji validitas angket dan uji reliabilitas angket (langkah-langkah uji reliabilitas dengan mencari varians total, mencari harga-harga varians setiap item, dan rumus alpha). Pengujian dilakukan dengan memberikan 50 instrumen pernyataan dalam angket yang diberikan kepada responden.

8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini ada beberapa langkah, yaitu:

a. Menghitung skor penelitian

b. Uji normalitas

c. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Uji Analisis Korelasi

Uji analisis korelasi bertujuan untuk mengukur derajat hubungan dan bagaimana eratnya hubungan itu. Penelitian ini menggunakan teknik korelasi tata jenjang atau rank spearman, dikarenakan data yang didapat berupa data ordinal dan data tidak berdistribusi normal menggunakan statistik non parametrik, yang diperoleh dari angket dengan skala Likert. Menurut Arifin (2011:277) adapun rumus yang digunakan yaitu:

ρ = 1 -

Ket : ρ = Koefisien korelasi tata jenjang

1 = Bilangan tetap

6 = bilangan tetap

N = jumlah sampel

∑D2 = jumlah kuadrat dan selisih rank varianabel X dan Y

Penafsiran koefisien korelasi dapat diketahui sebagai berikut:

Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

0,00 – 0, 199

Sangat rendah

0,20 – 0, 399

Rendah

0,40 – 0, 599

Sedang

0,60 – 0, 799

Kuat

0,80 – 1, 000

Sangat Kuat

(Sugiyono, 2002:172)

b) Uji Signifikansi

Uji signifikansi digunakan untuk mengetahui penerimaan dan penolakan hipotesisi. Uji hipotesis ini dengan membandingkan rho hitung denga rho tabel sehingga dapa disimpulkan signifikansinya.

Komentar

Posting Komentar

advertisement

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kurikulum Indonesia tahun 1952

ZonaSainsKita~ Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran.Karena itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai  Rencana Pelajaran Terurai 1952 . Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sudah digunakan pada masa tersebut. Lahirnya kurikulum 1952 tidak terlepas dari sejarah kelahiran Kurikulum 1947.Bahkan dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1947.Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai landasan operasionalnya.Hal ini terjadi sampai tahun 1949.Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-un

Sejarah Kurikulum Indonesia: Rencana Pendidikan 1964

Landasan pengembangan Kurikulum 1964 Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968/ 19 69. Struktur dan materi kurikulum pada periode tersebut di SD dan SMP tidak banyak mengalami perubahan kecuali pada kurikulum mata pelajaran Kewarganegaraan dan Sejarah yang diperbaharui karena perubahan politik, seperti masuknya Manipol Usdek dalam kurikulum 1964. Sebagai bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan dan diubahnya materi Pendidikan Kewarganegaraan pada er a Orde Baru ( Kurikulum 1968 ) menjadi Pendidikan Moral Pancasila. Pada kurikulum 1968/1969 di tingkat SMA terjadi perubahan penjurusan dan struktur kurikulum antara tahun 1950, 1964 dan 1968/1968 . Pada sekitar tahun 1963, terjadi revolusi di segala bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusunlah Rencana Pendidikan yang dimaksudkan dalam rangka pembinaan bangsa. Latar belakang dan dasar pemikiran penyusunan Rencana Pendidikan ini adalah agar bangsa yang

Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt

1.         Max Wertheimer (1880-1943) Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjad